KEESOKAN harinya adalah acara peletakan batu pertama pembangunan cabang perusahaan baru yang nantinya akan di pimpin oleh Mas Abbas. Aku sudah siap menggunakan gamis berwarna biru berpadu dengan hijabku berwarna senada.
“Sudah selesai belum?” tanya Mas Abbas
Aku mengangguk pelan. “Sudah Mas”
“Ayo cepat” ucap Mas Abbas semangat lalu melangkah kaki keluar kamar yang di ikut olehku.
Seandainya kamu tahu bahwa hati aku masih terluka karena perkataanmu. Tapi aku berusaha tegar di depanmu, agar kamu menganggap aku baik-baik aja dan pada kenyataannya aku sedang tidak baik-baik aja.
“Pakai seatbelt nya” perintah Mas Abbas
“Iya Mas” aku menarik seatbelt di samping kiriku
Mas Abbas mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalan keramaian ibu kota Jakarta.
Pandanganku menatap keluar jendela sebelah kiriku dari setadi, semenjak mobil keluar dari gerbang rumah. Suasana di dalam mobil kini begitu terasa sangat canggung. Kedua insan itu saling terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.
Saat di perjalanan. Mas Abbas heran mobil yang kini di kendarai mendadak aneh dan tiba-tiba berhenti di pinggir jalan.
“Eh, eh kenapanih?” Mas Abbas panik
Mas Abbas wajahnya panik aku pun ikut panik. Karena mobil berhenti mendadak, untung saja berhentinya di pinggir jalan bukan di tengah jalan.
Mas Abbas melepaskan seatbelt dengan terpaksa keluar dari dalam mobil bersamaan denganku, lalu Mas Abbas membuka kap mesin mobilnya. Begitu pun kap mobil terbuka, asap putih langsung mengebul dari dalam mesin.
“Brengsek!” Mas Abbas menendang depan mobil dengan kencang, membuat aku terkejut. "Pakai mogok segala mana saya tidak sama sekali mengerti tentang mesin mobil" gerutunya.
“Sabar Mas” aku berusaha menangkan
Mas Abbas mengacak rambutnya prustasi. “Saya tidak bisa sabar, sudah tidak ada waktu lagi untuk memperbaiki ini mobil”
Ya, aku paham dengan kondisi sekarang yang sudah tidak ada waktu banyak untuk menunggu mobil ini benar. “Gimana kita naik taksi aja Mas” usulku
“Kalau nunggu taksi lewat itu lama” ucap Mas Abbas
“Nggak salahnya kan kita nunggu sebentar Mas” ujarku
“Seterah” jawab Mas Abbas pasrah
Terpaksa kami berdua menunggu di trotoar jalan dan Mas Abbas sibuk dengan ponselnya untuk mencari bantuan sedangkan aku menunggu taksi lewat. Hingga lima menit berlalu taksi pun tidak lewat-lewat membuat kami berdua semakin panik.
“Kan sudah saya bilang nunggu taksi lewat jam segini itu lama”
Tidak lama lagi ada seorang pemuda dengan mengendarai motor sport retronya berhenti di depan trotoar jalan berjarak dua langkah dari keberadaan kami berdua.
Pemuda itu membuka helmnya dan turun dari motor. “Loh Bas mobilnya kenapa?” tanyanya
Ternyata pemuda itu Kak Alfath sahabatnya Mas Abbas. “Ya ampun Al, ane kira siapa” Mas Abbas terkejut dan tidak menyangka
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Mujahid
Ficção AdolescenteSetiap wanita ingin mempunyai Imam yang baik begitu juga sebaliknya. Wanita bernama Naya Audiva yang telah trauma tentang cinta, kini di jodohkan oleh Abahnya dengan seorang Mujahid bernama Abbas Aly Zainul Muttaqien laki-laki yang begitu taat pada...