“Aww. Pelan-pelan sakit tau” keluh Mas Abbas saat aku mengompres memarnya dengan air hangat
“Ini juga udah pelan-pelan ko Mas” sahut aku sambil terus mengompres luka memarnya
Mas Abbas tak lagi bersuara, hanya saja ekspresi wajahnya terlihat begitu jelas menahan rasa sakit. Akhirnya aku selesai mengompres dan mengobati luka Mas Abbas.
Aku beranjak dari duduk. “Aku ke dapur bentar ya Mas, mau naruh ini” pamitku yang ingin menaruh mangkuk kompresan dan kotak kecil P3K
“Iya” balasnya singkat
Kaki aku melangkah keluar kamar, menginjak anak tangga satu persatu, tibanya di anak tangga terakhir aku berjalan menuju dapur.
“Permisi bu” ucap Pak Satpam sopan yang tiba-tiba nongol di belakangku
Jelas aku terkejut. “Iya ada apa Pak” tanyaku
“Ada dua anak kecil bu di luar, katanya mau baliki dompet Pak Abbas” Pak Satpam memberi tahuku
Dahiku mengerut bingung, tapi aku baru ingat tadi pagi Mas Abbas sempat mencari dompetnya yang hilang entah ke mana dan sekarang ada dua anak kecil yang mau baliki dompet suamiku dengan artinya dompet Mas Abbas itu sempat hilang.
“Saya temui mereka Pak” aku pun menjawab, meletakan mangkuk kompresan dan P3K di atas meja lantas aku berjalan menuju luar menemui anak itu yang di ikuti oleh Pak Satpam.
Melihat dua anak kecil yang sedang duduk di pelataran rumah. “De” panggilku
Mereka berdua langsung menoleh dan berdiri. Terlihat dari penampilan dua anak ini sederhana.
“Mari masuk” suru ku
Mereka menggeleng pelan. “Nggak usah kak, kalau kami berdua masuk ke dalam, rumah kakak nanti jadi kotor” jawab salah satu anak kecil itu
“Nggak papa ko masuk aja yu” sungkanku
“Nggak usah kak, lagian kami berdua mau kasih dompet ini aja ko” salah satu anak itu pun menyodorkan dompet kepadaku
Aku pun menerimanya. “Kenapa dompet suami saya berada di kalian?” tanyaku lembut
“Jadi gini kak. Kak Abbas itu malam-malam berantem sama dua preman pasar gara-gara tolongi ibu-ibu yang mau di jambret” jelasnya
Jadi Mas Abbas mukanya babak belur karena habis berantem. Batinku
“Terus nggak sengaja dompet Kak Abbas jatuh di sekitar pasar, kami berdua pun berinisiatif membalikkannya. Karena selama ini Kak Abbas juga sudah baik kepada kami kak” lanjutnya
Aku mengangguk ngerti dan benar-benar salut sama mereka berdua. “Jadi kalian berdua ke sini naik apa?” tanyaku.
“Jalan kaki kak, sekalian nyari kerompongan” jawabnya dengan santai
Aku langsung melongo mendengarnya. “Dari pasar ke sini kan lumayan jauh, kalian nggak cape.”
“Nggak ko kak, ini sudah biasa bagi kita”
“Hm, kalau gitu kalian berdua masuk yu minum dulu”
Kedua tangan salah satu anak itu menolak . “Oh, nggak usah kak. Kami berdua bawa air minum ko” ia pun menujukan botol air minum yang baru di ambil dari dalam karung
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Mujahid
Novela JuvenilSetiap wanita ingin mempunyai Imam yang baik begitu juga sebaliknya. Wanita bernama Naya Audiva yang telah trauma tentang cinta, kini di jodohkan oleh Abahnya dengan seorang Mujahid bernama Abbas Aly Zainul Muttaqien laki-laki yang begitu taat pada...