Bab 40 - Kehilangan

488 12 1
                                    

"Sesungguhnya kita semua adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kita semua pasti akan kembali."
(Q.S Al-Baqarah: 156)

Setelah sampai di rumah sakit, abi Zaenal langsung dilarikan keruang UGD. Umi Fatimah membeku saat melihat suaminya dimasukkan keruang UGD, ia terus-terusan menangis.

"Naya, umi takut abi kenapa-napa?" umi Fatimah terus menatap pintu UGD tersebut, aku langsung memeluk umi Fatimah menyandarkan kepalanya di pundakku.

"Insya Allah, abi akan baik-baik aja umi" ucapku berusaha menenangkan

Suasana saat ini kian mengacam. Semua bercampur aduk dengan keadaan yang benar-benar tidak terduga.

Seberat apa pun cobaanmu Mas, aku ada disini. Tak mungkin aku meninggalkanmu selagi aku masih menjadi istri mu.

Mas Abbas terus menjambak rambut dan memukul kepalanya disebelah Almeera, ia saat ini sangat prustasi. Tak lama pun dokter keluar dari ruang UGD.

Umi Fatimah buru-buru bangun dan langsung menghampiri dokter itu,"Bagaimana keadaan suami saya dok"

Dokter itu menghela napas pelan. "Mohon maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi tuhan berkehendak lain. Karena penyakit jantung Pak Zaenal sudah terlalu parah hingga kami sulit untuk menyembuhkannya." tutur dokter itu hati-hati

Seluruh tubuh umi Fatimah runtuh, dunia tiba-tiba berhenti berputar. Dadanya menangis memuncah, menumpahkan segala kesesakan.

Air mata terus berjatuhan tanpa permisi lagi, semua merasa sedih, semua merasa hancur. Saat mendeger kabar bahwa abi Zaenal telah meninggal dunia membuat sesak di dada.

"TIDAK MUNGKIN!" umi Fatimah menggeleng tidak percaya bahwa suami tercintanya telah tiada

"Nggak mungkin suami saya meninggal dok, hisk hiks" teriak umi Fatimah histeris air matanya jatuh kian deres, dadanya berdenyut nyeri tak karuan

Abbas saat ini tidak bisa berkutik seluruh tubuh ikut membeku, air mata ikut mengalir deras. Ia mencoba untuk meyakini semua orang jika abi Zaenal saat ini belum minggal dan berharap ucapan dokter itu hanya omong kosong.

"DOKTER BOHONG ABI SAYA TIDAK MUNGKIN MENINGGAL" Abbas dari setadi diam tidak berkutik kini tiba-tiba bertegas langsung menarik kerah jas putih milik sang dokter

Dokter dengan pelan menurunin tangan Abbas dari kerah bajunya. "Tolong kendalikan diri anda, pak. Kami sudah berusaha keras tapi takdir berhendak lain, kalau bapak tidak percaya silakan masuk" dokter mempersilakan masuk memberi jalan untuk Abbas masuk

Semua melangkah masuk kedalam. Satu hal yang matanya tertangkap adalah abi Zaenal, laki-laki kini berbaring dengan wajah dan tubuh tertutup selimut putih tak melakukan pergerakan sedikit pun. Monitor EKG disana berhenti bersuara, garis lurus horror terpatri disana, manandakan tidak ada lagi nyawa didalam tubuh abinya.

Abbas menggeleng, jemarinya bergetar begitu pun dengan tubuhnya. Dengan isakan kian memuncah, Abbas memberanikan diri membuka selimut putih itu. Dan terpampanglah wajah pucat abi dengan mata, bibir tertutup rapat.

"ABI BANGUN" Abbas menangis histeris  hingga menguncang keras tubuh abi Zaenal

"Hiks... Mas bangun jangan tinggalkan aku" Umi Fatimah menjatuhkan wajahnya didada bidang suaminya. Dengan jelas, umi Fatimah tidak merasakan detak jantung disana.

Manik mata Mas Abbas menatap aku dengan tatapan tegas, seperti mata bak serigala yang sedang memburu mangsanya.

Mas Abbas menenggakkan tubuh berjalan menuju kearahku. "Ikut saya!!" katanya tegas menarik paksa tanganku hingga rasanya sangat panas

Marry A MujahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang