Bab 37 - Suatu Keadilan BUKAN?

281 11 2
                                    

Sekitar jam tuju pagi. Aku sedang sibuk berada di dapur, membuat sarapan dengan menu simple yaitu nasi goreng telur ceplok. Karena pagi hari ini masak pun dengan seadannya bahan-bahan di dapur.

Perutku langsung keroncongan mencium bau masakan nasi goreng khas bikinan aku, berhasil tersaji tiga nasi goreng di atas piring tinggal aku membawanya keruang makan. Tapi sebelum aku membawanya, lebih baik aku membersihkan dapur yang berantakan dan membuang sampah kehalaman belakang.

Harum masakan, membuat kaki seorang wanita berjalan menuju dimana arah bau kelezatan ini berada.

Sampainya wanita itu di sebuah dapur, melihat tiga piring nasi goreng tersaji.

“Waw, baunya enak sekali” tak tahan Almeera ingin menyantapnya, rasanya cacing-cacing diperut sudah mulai demo.“Masakan Naya tidak ada dua nya” ungkapnya

“Tapi Naya kemana ya?”

Almeera celingak-celinguk. “Naya” panggil Almeera, tidak terdengar ada sautan.

Satu tarikan napas Almeera kembali memanggil Naya. “Nayaa...” huh, tidak ada balasan, Almeera pun membawa dua buah piring berisi nasi goreng dan sebuah susu di atas nampan. lalu Almeera membawa menuju meja makan.

“Alhamdulillah, akhirnya rapi juga” aku akhirnya menepuk-nepuk kedua tangan untuk membersihkan tanah yang menempel.

Niat aku hanya membuang sampah di halaman belakang, dikarenakan melihat pot bunga pecah tanahnya berserakan pasti ulah kucing membuat aku berniat untuk mengganti pot bunga dan merapihkan.

Setelah beberapa menit dihalaman belakang, aku kembali masuk ke dapur. Sebelum aku membawa sarapan, alangkah baiknya aku mencuci tangan terlebih dahulu.

Membuat sarapan untuk orang istimewa sangatlah penting bukan? Meskipun terkadang tidak di hargai_aku akan tetap membuat sarapan.

Sudah bersih mencuci tangan air dan mengelap dengan tisu, waktunya aku membawa sarapan kemeja makan.

“Loh, ko nasi gorengnya sisa satu?” batinku

Mungkin sudah dibawa oleh Almeera. Aku pun membawa sisa satu piring nasi goreng, menuju meja makan.

Ternyata benar nasi goreng sudah di bawa oleh Almeera, sekarang Almeera dan Mas Abbas sedang menikmati berdua.

“Boleh aku ikut gabung?” tanyaku, belum enggan duduk di kursi.

“Boleh Naya” jawab Almeera tidak dengan Mas Abbas hanya terdiam

Aku menarik kursi dan duduk dengan rasa canggung.

“Maaf ya Nay nasi goreng kamu ketinggal lupa aku bawa” ucap Almeera, aku merespons senyuman.

Setiap hari disaat-saat makan suasana terasa begitu sangat canggung, aku yang dari setadi makan sambil menunduk tidak berani menatap wajah Mas Abbas.

Kulihat Mas Abbas dengan perlahan menaruh sendoknya dan meminum segelas susu supaya nasi goreng yang ia makan dapat tercerna dengan baik.

Mas Abbas menghela napas sesudah meminum susu setengah gelas, lalu ia mengambil tisu mengelap bibir manisnya.

Kemudian Mas Abbas pun bangkit dari kursi. “Saya mau pergi kerja” ucapnya, aku dan Almeera lantas berdiri.

Mas Abbas menyodorkan punggung  tangan miliknya kepada Almeera. Almeera pun menerimanya dengan tatapan ke arahku, lalu Almeera mencium dengan begitu lembut.

Cupp...

Suatu kejadian yang seringku lihat, sebuah kecupan hangat yang mendarat di kening seorang wanita, adalah 'Dia' dan bukanlah 'Aku' membuat hatiku lantas terasa membara.

Marry A MujahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang