Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (2x)
Asyhadu allaa illaaha illallaah (2x)
Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah (2x)
Hayya ‘alashshalaah (2x)
Hayya ‘alalfalaah (2x)
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (1x)
Laa ilaaha illallaah (1x)Ada sesak di dada dan terharu saat Abbas mengumandangkan adzan di telinga bayi itu. Naya terus meneteskan air matanya sampai Abbas selesai adzan di telinga bayi mungil sambil mencium kening anaknya itu.
"Syahid Ali Muktar Muttaqie, semoga menjadi anak yang sholeh nak." ucap Abbas
Abbas berusaha tegar di hadapan anaknya walaupun didalam lubuk hati yang paling dalam ia inggin menangis.
Memanglah kepergian hal yang menyakitkan, terlebih lagi jika itu terjadi pada orang yang kita cintai.
"Mas Abbas ayo sekarang kita urus jenazah Almeera" ujar Naya
Abbas mengangguk, memberikan kembali bayinya kepada suster. Kemudian Abbas berjalan keluar dari ruangan bayi yang di ikuti oleh Naya.
Tepat di depan pintu keluar, dua orang polisi sedang menunggu dan juga berada Najwa dan Alfath sahabat Abbas.
"Pak saya mohon, beri saya waktu sampai saya selesai menghantarkan ke peristirahatan terakhir istri saya." Ucap Abbas dengan memohon
Kedua polisi itu mengerti dan memberikan waktu sampai pemakaman selesai dan juga di dampingi mereka berdua.
"Terima kasih, pak" ucap Abbas
Mereka semua segera cepat untuk mengurus jenazah Almeera yang akan segera di bawa pulang dan di makamkan.
***
"Astagfirullahaladzim...." desis Naya
"Kenapa, Nay?" tanya Najwa yang berada di samping Naya
"Sudah satu jam aku di sini, lupa kasih tau sama orang yang sudah nunggu aku, aku izin keluar sebentar ya." jawab Naya
"Tapi Naya sebentar lagi jenazah Almeera akan di bawa pulang dan kamu juga akan membawa Syahid" kata Najwa
"Sebentar ko Wa nggak lama, aku nggak enak juga sama dia, tolong sampaikan ke Mas Abbas ya." ujar Naya, berlalu pergi meninggalkan Najwa.
Sekarang Naya tengah berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa bersalah, melupakan orang yang sudah menghantarkan dirinya.
"Bunda Naya..." panggil suara yang tidak asing terdengar di telinga Naya membuat Naya berhenti melangkah dan menengok ke arah sumber suara.
Naya menengok kearah kanan. "Haidar," ucap Naya, melihat Haidar yang tengah berlari menghampiri dirinya.
"Bunda Naya ke mana aja? Haidar sama Papa nunggu Bunda lama?" tanya Haidar
"Duh maaf ya sayang" Naya mengelus-elus lembut pucuk kepala Haidar. " Maaf juga Dokter Rayhan sudah nunggu lama, karena baru saja saya dapat kabar kalau istri suami saya meninggal dan nggak sempat kasih tau ke Dokter"
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, iya nggak papa Naya, turut berdukacita." kata Rayhan
"Iya terimakasih, dok" balas Naya
"Kalau gitu, apa boleh saya ikut melayat?" pinta Rayhan
"Boleh Dok, mari ikut saya" ucap Naya yang menghantar Rayhan berserta Haidar
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Mujahid
Fiksi RemajaSetiap wanita ingin mempunyai Imam yang baik begitu juga sebaliknya. Wanita bernama Naya Audiva yang telah trauma tentang cinta, kini di jodohkan oleh Abahnya dengan seorang Mujahid bernama Abbas Aly Zainul Muttaqien laki-laki yang begitu taat pada...