PANTULAN cahaya matahari, menerobos masuk melalui cela-cela kaca jendela kamarku. Seakan-akan cahaya matahari ingin mengusik ketenanganku.
Tubuhku mengulet, rasanya hari ini aku tidur puas dan bebas menguasai seluruh tempat tidur. Biasanya kalau ada Mas Abbas selesai salat subuh aku langsung menyiapkan perlengkapan kerjanya dan sarapan, tapi hari ini selesai salat subuh aku kembali tidur dan bebas bangun siang.
Tapi aku bukan tipikal wanita yang di bilang malas ya karena bangun siang, hanya saja semenjak menjadi istri tenagaku hampir terkuras habis karena cape mengurus segalanya meskipun ini sudah menjadi tugasku.
Karena jam dinding sudah menujukan pukul 08:00 wib. Tubuhku segera beranjak dari atas kasur, berjalan menuju lemari mengambil baju salinku untuk mandi pagi. Kini, kakiku melangkah masuk ke dalam kamar mandi, sambil membawa baju salinku barulah aku memulai ritual mandi pagi.
Setelah setengah jam aku berlama-lama di kamar mandi, akhirnya aku keluar dan sudah menggunakan pakaian rapi. Tiba-tiba suara ponsel milikku berdering keras di atas nakas, aku langsung berjalan mengambil ponsel.
“Abah” ucapku, melihat nama abah yang terpampang di layar ponsel
Aku langsung mengangkat panggilan masuk dari abah, meletakkan ponsel di daun telingaku.
“Hallo, Assalamualaikum nak kamu ada di mana?”
“Waalaikumsalam bah, Nay lagi ada di rumah”
“Cepat keluar, abah ada di depan rumah kamu dari tadi nunggu”
Aku tersentak kaget. Apa aku ini nggak salah dengar?
“Hah, kenapa bah”
“Cepat keluar, abah ada di depan rumah kamu dari tadi nunggu”
Ternyata aku nggak salah dengar, tapi apa benar abah ada di depan rumah. Karena penasaran aku pun meyakini dengan membuka pintu balkon kamar melihat ada abah atau nggak di depan rumah.
Ternyata oh, ternyata di bawah benar aja ada abah dan Fikri. “Iya bah Nay ke bawah nih” ucapku dari sambungan telepon
Dengan cepat aku bergegas keluar kamar, berjalan dengan tergesa-gesa. Sampainya di depan pintu, tanganku memutar kunci dan membuka pintu dengan lebar.
Aku menyuruh abah dan Fikri untuk masuk, mereka berdua pun masuk dan duduk di ruang tamu.
“Astagfirullah Nay, abah satu jam tau nunggu di depan” ucap abah
“Iya nih teh Nay ke mana aja sih” sela Fikri menggerutu
Wajahku memelas. “Maaf, Nay nggak tau kalau abah mau ke sini, lagian abah ko nggak kabari Nay dulu” tanyaku
“Abah sudah telepon kamu Nay, tapi yang jawab suami kamu kata suami kamu, ya nggak papa kalau abah itu main” jawab abah
Aku mengangkat alisku sebelah. “Abah telepon Nay kapan? Waktu Nay ke mana sampai Nay itu nggak tau kalau abah telepon”
“Waktu kamu ke dapur taruh kompresan, terus gimana keadaan suami kamu sekarang” balas abah di akhiri pertanyaan
Aku menggeleng pelan. Nggak habis pikir dengan suamiku, sudah mengangkat teleponku tanpa seizin, terus nggak pakai bilang segala kalau abah aku telepon mau ke sini. Giliran dia aja ponselnya aku pegang sedikit aja ngomelnya dari sabang sampai merauke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Mujahid
Novela JuvenilSetiap wanita ingin mempunyai Imam yang baik begitu juga sebaliknya. Wanita bernama Naya Audiva yang telah trauma tentang cinta, kini di jodohkan oleh Abahnya dengan seorang Mujahid bernama Abbas Aly Zainul Muttaqien laki-laki yang begitu taat pada...