HARI kamis tepat acara pernikahan aku dan Kak Abbas di gelar, di sebuah gedung mewah di kota Jakarta. Di hiasi begitu meriah, sebuah ballroom yang mengangkat desain wedding glamor bernuansa serba putih, di setiap sudut depan pintu berjejer karangan bunga warna-warni dengan kelihatan begitu indah.
Ada pula panggung pelaminan yang menjadi pusat perhatian acara hari ini, panggung pelaminan yang juga bertema menuansa serba putih, di hiasi bunga-bunga dan lampu tumblr. Tidak lupa pula ada satu meja dengan empat kursi di tata di depan panggung pelaminan, dua buah mikrofon sudah siap. Begitu pula dengan mahar berupa seperangkat alat solat.
Mempelai laki-laki duduk dengan tegap di depan penghulu dan dua saksi pernikahan. Setelah penghulu membuka acara dengan doa-doa, beliau menyerahkan kuasa akad kepada wali nikah mempelai wanita yaitu abah Imam. Abbas menarik napas panjang, tak kala tangan abah Imam terulur kepadanya. Jantungnya berdegup kencang merasakan sesuatu keterangan yang luar biasa. Saat ijab kabul terucap.
Perlahan Abbas meraih uluran tangan abah Imam yang langsung melafalkan kalimat basmalah dan Istifar tiga kali.
“Abbas Aly Zainul Muttaqqien bin Zainullah Muttaqien?” ucap Abah Imam, Abbas merespons anggukan pelan
Setelah itu, abah Imam mengucap ijab“Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka Binti Naya Audiva alal Mahri mushaf Al-Qur’an wa alatil ibadah haalan”
Abbas menarik nafas panjang kemudian mengucap kabul “Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq."
“Sah?”
“SAH!”
“Alhamdulillah...” Abbas mengusap kedua telapak tangan ke wajah
Setelah kalimat itu terucap dari bibirnya barulah ia bisa bernapas lega. Terdengar suara ratusan kata sah secara bersamaan.
Jika ditanya bagaimana perasaan Abbas saat ini, sudah pasti gugup dan senang bercampur aduk menjadi satu.
Setelah ijab kabul selesai, barulah mempelai wanita di bawa keluar dari kamar. Di bantu oleh mbak Farah dan Fatimah umi Abbas. Saat lantunan lagu 'Sepanjang Hidup' terdengar, aku saat itu bergaun penganti berwarna putih beserta baluran make-up. Aku perlahan menuruni tangga yang di tuntun oleh mbak Farah dan umi Fatimah mertuaku.
Semua tamu undangan menatap pengantin terkagum kagum, begitu pun Abbas yang juga ikut dalam suasana bahagianya. Sesampainya di depan Abbas, mbak Farah dan umi Fatimah melepaskan tangan aku dan menyerahkannya kepada Abbas yang sudah sah menjadi suamiku
Abbas mengulurkan tangan menyambut aku. Dengan jemari bergetar, aku menggapai tangan kak Abbas kemudian mencium punggung tangan pria yang sudah sah menjadi suamiku.
Kemudian Abbas meletakan telapak tangannya di ubun-ubunku, lalu mengucap. “Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih.”
Perlahan Abbas mencium keningku, membuat aku kembali meneteskan air mata terharu merasakan kebahagiaan. Membuat semua para tamu undangan bersorak bahagia.
Zainullah, abi Abbas pernah bilang jangan menikah hanya sekedar cinta, jangan menikah hanya karena ingin punya keluarga, jangan menikah hanya karen ingin membahagiakan kedua orang tua. Menikahlah karena Allah. Menikahlah semata-mata karena ingin beribadah dan mencari Ridhonya
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Mujahid
Ficção AdolescenteSetiap wanita ingin mempunyai Imam yang baik begitu juga sebaliknya. Wanita bernama Naya Audiva yang telah trauma tentang cinta, kini di jodohkan oleh Abahnya dengan seorang Mujahid bernama Abbas Aly Zainul Muttaqien laki-laki yang begitu taat pada...