SESUAI janji aku kemarin malam, sebelum abah dan Fikri balik ke Bogor. Aku akan mengajak mereka ke sebuah kawasan taman wisata yang terletak di ibu kota Jakarta. Karena kebetulan bangetkan, hari ini itu hari wekand waktunya untuk aku menyenangkan abah dan Fikri.
Tanpa menunggu lama mobil jemputan sudah datang dan kami semua langsung masuk ke dalam. Mobil pun segera melaju, meninggalkan pekarangan rumah.
“Nay, maaf ya aku hanya bisa temani kamu semalaman, besok kan aku sudah mulai ngajar” ucap Najwa di dalam mobil, karena ia pun ingin ikut ke taman wisata
“Iya nggak papa ko, kamu nginap semalam aja aku sudah senang banget” balasku tersenyum
Najwa pun ikut tersenyum, “kalau aku sempat dan nggak ada tugas, aku janji akan nginap lagi, itu pun kalau suami kamu belum pulang “
“Emangnya kalau suami aku sudah pulang terus kamu nginap kenapa” tanyaku
“Ya nggak mau ah, nanti aku ganggu kamu berduaan lagi” bisik Najwa
Aku hanya tersenyum kecil. Andai kamu tahu, tidak ada kata berduaan aku dengan Mas Abbas selagi ia ada di rumah.
“Teh masih laman nggak sih?” tanya Fikri
Aku melihat jam tanganku, “bentar lagi juga sampai ko” jawabku
Suasana dalam mobil kembali hening, hanya deru kendaraan yang samar-samar terdengar.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya tujuan kami sampai di sebuah taman wisata di Jakarta yang begitu ramai dengan pengunjung. Kami semua pun turun dari dalam mobil, mobil itu pun pergi dan akan kembali menjemput kami setelah liburan selesai.
“Wah, teh tempat bagus ya” ucap Fikri
“Nggak sabar masuk ya Fik” tanya Najwa
“Iyanih teh Najwa” jawab Fikri
Aku tersenyum, melihat ekspresi wajah abah dan Fikri begitu senang. Baru pertama kali kami menginjakkan kaki di taman wisata di Jakarta.
“Abah, Fikri, sama Najwa tunggu sini ya. Nay mau beli tiket bentar” pesanku lantas aku melangkah pergi menuju loket untuk membeli tiket
“Ka tiket nya empat ya” ucapku kepada petugas loket
Petugas loket itu menyiapkan empat tiket sesuai yang aku minta. “Ini kak, totalnya jadi seratus ribu”
Aku pun mengeluarkan selembar uang ratusan ribu. “Ini kak” aku menyodorkan uang dan menerima empat tiket
Langkah kakiku kembali menuju tempat sebelumnya, abah, Fikri, dan Najwa menunggu.
“Ayo masuk” seruku
Kami semua pun melangkah bersamaan masuk ke dalam, melihat tempat yang begitu indah dan ramai oleh para pengujung.
“Tempatnya indah dan nyaman Nay,” kata abah
Aku tersenyum. “Abah suka?” tanyaku
“Suka Nay” jawab abah
Jelas aku senang mendengarnya. “Sekarang abah sama Fikri main apa aja bebas, biar Nay yang bayar”
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Mujahid
Fiksi RemajaSetiap wanita ingin mempunyai Imam yang baik begitu juga sebaliknya. Wanita bernama Naya Audiva yang telah trauma tentang cinta, kini di jodohkan oleh Abahnya dengan seorang Mujahid bernama Abbas Aly Zainul Muttaqien laki-laki yang begitu taat pada...