[ Bab 21 ] Perasaan apa ini?.

99 6 0
                                    



" Tak bertegur sapa denganmu pun aku sudah sangat rindu"-.



▪️💠▪️


Vera menatap lurus, baru kali ini ia gagal memenangkan olimpiade,  ini benar - benar diluar pemikiran nya, ia mengira jika akan berhasil, namun gagal. Entah bagaimana reaksi papa nya saat tau hal ini.

" Akhh, sial "- umpat Vera mengepalkan tangannya kuat, berlari menuju kearah kamar mandi yang ada di tempat ini.

berjalan memasuki kamar mandi dengan perasaan yang kacau, ia menatap cermin dihadapannya, mengepalkan tangan kuat - kuat lalu menonjok dinding yang ada disampingnya kuat.

Dukkkkk.

Tanpa sadar tangan gadis itu memar, namun ia sama sekali tak memperdulikan, ia memejamkan mata kuat, pikiran nya semakin berkecamuk.

Drttttt.

Ponsel nya berdering, ia melihat siapa yang menelfonnya, dan benar, itu papanya.

" Halo pa "-

" Kamu gagal? "- tnya orang disebrang telepon.

" I-iya pa "-

" Pulang!! -"

Panggilan terputus, tentu itu membuat vera terdiam, memilih untuk pasrah atas semua nasib yang akan diterimanya.

Beberapa menit kemudian.

Ia sampai dirumah, perasaan nya semakin kacau saat ini, takut jika papanya memaksa ia untuk memutuskan hubungan dengan rasya, tentu hal itu yang ia takutkan, lebih menakutkan lagi saat rasya dalam bahaya karna orang suruhan senio.

" Non vera, ditunggu tuan di lapangan belakang rumah "- ungkap art nya.

Vera mengangguk samar, berjalan dengan langkah pasti menuju kelapangan belakang rumahnya, ia harus berani, mau tak mau, ia kuat, ia bisa melalui ini semua.

" Sini kamu "- seru senio, vera reflek menatap ke sumber suara,  melihat jika papanya tengah membawa sebuah bola basket ditangannya.

" Papa mau main basket "- kaget vera, merasa sangat heran, seharusnya senio marah dan memukulnya, tapi kenapa dia malah mau bermain basket.

" Papa mau coba main basket sama kamu "- ajak senio.

Vera mengangguk ragu, berjalan mendekat pada papanya, betapa terkejutnya ia saat senio reflek melempar bola tersebut hingga terkena perutnya.

" Arghhh "- adu vera sambil memegangi perutnya yang sakit terkena lemparan bola.
Bahkan kedua matanya sampai berkaca - kaca karna rasa sakit akibat bola itu.

" Gitu aja udah kesakitan "- sinis senio.

" Papa gak pernah ngajarin kamu jadi perempuan lemah, apalagi tunduk sama yang namanya Cinta "- tegas senio.

Senio kembali melempar bola tersebut hingga terkena pinggang vera,  dan lagi - lagi gadis itu mengadu kesakitan.

" Stttt, kuat ra, gue bisa, gue bisa "- gumamnya berusaha menguatkan diri sendiri.

" Kegagalan olimpiade kali ini bikin papa makin muakk sama kelakuan kamu "- tukas senio sekali lagi melempar bola tersebut hingga terkena tepat pada kepala vera, sampai membuat gadis itu hampir oleng.

" Ashhh, plisss gue harap sakit kepala gue gak mulai lagi "- Ringis vera berusaha untuk tetap kuat, tenang, ia tak boleh lemah.

" Setiap hari pak supir akan mengantar jemput kamu, jadi jangan harap bisa menghabiskan waktu berlama - lama diluar "- terakhir senio melempar bola tersebut hingga tepat pada hidung vera.

Z A L E R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang