" Windaaa!! "- pekik Rasya reflek berlari, masuk ke dalam Kolam renang untuk menolong winda dengan segera.
Vera terdiam kaku, merasa sangat takut jika terjadi sesuatu pada winda.
▪️💠▪️
Rasya Mengangkat tubuh winda ke atas, membaringkan nya di pinggir kolam, berusaha membuat gadis itu bangun. Jika ditanya apa ia khawatir? Tentu saja ia sangat khawatir, takut terjadi sesuatu pada gadis yang ia sayangi.
Vera mendekat kearah winda, berusaha membantu rasya untuk menyadarkan gadis itu, bahkan beberapa orang yang ada disana pun ikut melihat kearah mereka.
" Zaga aku- " ucp an vera terpotong karna Rasya menatap nya dingin.
Lelaki itu berusaha mengeluarkan air dalam tubuh winda namun sangat sulit, lalu sekarang ia harus apa.
" Kasih nafas buatan aja "- sahut seseorang, vera menoleh kesumber suara mendapati Satria tengah tersenyum sinis.
" Bukan kamu kan yang bakal lakuin itu "- cicit vera, tentu ia sangat takut jika pacar nya yang akan melakukan hal tersebut, ia sangat cemburu.
Tanpa pikir panjang Rasya segera mendekatkan bibirnya pada bibir winda, berusaha memberikan nafas pada gadis itu. Rasya benar - benar takut kehilangan winda.
Vera terdiam kaku, air matanya turun dengan bebas, ia reflek mengusapnya kasar, merasa sangat tak dianggap oleh pacarnya sendiri.
" Uhukk - uhukkk "- winda terbatuk hingga air yang ada didalam nya keluar, gadis itu sadar dan langsung memeluk Rasya dengan sangat erat.
" Aku takut "- winda menangis dengan tubuh bergetar, gadis itu takut.
Beberapa siswa - siswi yang ada disana pun mulai membicarakan keduanya.
" Keliatan banget ya kalo rasya masih suka winda "-
" Mereka cocok padahal, kenapa putus ya "-
" Pacarnya padahal ada disana tapi kok kayak gak dianggep sama sekali ya "-
" Ya miris banget sih "-
Vera diam, berlari menjauh dari kerumunan orang tersebut, hatinya terasa begitu sakit saat melihat orang yang ia sayang malah memberi nafas buatan untuk orang lain.
Apa pernah rasya menganggapnya ada? Lelaki itu bahkan tak memperdulikan ia sama sekali, mungkin jika vera yang ada diposisi winda, rasya tak akan sekhawatir itu kan.
" Hiksss, Gue tau, gue bener - bener harus sadar diri "- cicit vera dengan air mata yang sudah turun dengan bebas.
Gadis itu berdiri di ujung koridor yang lumayan sepi, disini tak ada seorangpun yang akan melihatnya.
" Kapan lo bisa sayang dan Cinta sama gue kayak Cinta lo ke winda "- gumam vera seraya meremas ujung rok nya kuat.
Rasa pening mulai datang, membuat gadis itu reflek menyandarkan tubuhnya kearah tembok, memejamkan matanya kuat - kuat, menikmati segala rasa sakit yang diberikan untuk nya. Nafasnya seakan tersendat, itu semakin menjelaskan sesakit apa rasa nya.
" Gue Bisa, pliss jangan sekarang "- mohon vera, berharap rasa sakit dikepalanya akan perlahan hilang.
" Hey "- panggil seseorang, reflek membuat gadis itu membuka mata, menatap orang dihadapannya dengan tatapan dingin, berusaha terlihat baik, ia mengusap air matanya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z A L E R A
Ficção Adolescente" Masalahnya playboy itu jabatan yang udah melekat sama gue "- alzi menarik dagu Vera mendekat padanya hingga jarak keduanya terkikis. Vera mundur selangkah agar jarak keduanya tak begitu dekat, namun sebelum melakukan itu alzi sudah lebih dulu me...