" Aku tau jika kau sangat membenciku, namun anehnya kenapa aku masih tetap peduli padamu"-.
▪️💠▪️
Alzi mengusap kasar wajahnya, kedua orang tua nya memang tidak pernah mengerti apa yang sebenarnya ia inginkan, mereka hanya memikirkan keinginan sendiri tanpa mendengar pendapat alzi.
Menatap ke sekeliling parkiran yang amat sepi, Ia ingin kembali kerumah, namun ia datang kemari bersama kedua orang tuanya, harusnya alzi berangkat sendiri tadi. Jika seperti ini lalu bagaimana caranya pulang.
" Alzi! "- bentak gibran, reflek membuat alzi menoleh, menatap papanya dengan tatapan dingin.
" Bisa - bisa nya kamu ngomong kayak gitu didepan kedua orangtua winda "- amuk gibran, " papa tidak pernah mengajarkan hal buruk seperti itu sama kamu "-
" Bisa gak sih, papa pikirin juga gimana perasaan aku? Aku gak suka sama cewek kayak dia "- balas alzi.
" Jaga mulut kamu, winda cocok sama kamu, karna dia baik dan pengertian, apalagi dia cewek baik - baik, gak urakan "- tegas gibran.
" Tetep aja, pah tolong deh, jangan paksa aku, aku bisa cari pasangan aku sendiri "- kata alzi.
" Sudah terlambat, karna pernikahan kalian akan mulai di tentukan "- ucp gibran begitu tegas.
" Ck, selalu kayak gitu, papa jangan egois dong, ini hidup aku, jadi aku bisa milih jalan aku sendiri, bukan diatur kayak gini "- ungkap alzi.
Bughhhhh.
Gibran meninju perut alzi kuat hingga membuat alzi yang belum siap pun tersungkur.
Alzi menatap gibran sinis, ia sudah biasa mendapat pukulan macam ini, jadi menurut nya ini tidak sakit sama sekali.
" Pukul aja pah, bunuh alzi sekalian biar papa puas "- seru alzi.
" Anak kurang ajar kamu! "- bentak gibran, memilih kembali masuk ke dalam restoran tersebut, meninggalkan alzi yang masih terduduk disana dengan pandangan lurus.
Terdengar suara gemuruh petir dilangit, hingga dibarengi dengan hujan yang mulai turun sangat deras, alzi hanya diam, beranjak berdiri, menghela nafas kasar seraya mengepalkan tangannya kuat.
Ia berjalan mendekat kearah hujan, membiarkan tubuh nya terguyur hingga basah kuyup, berharap dirinya akan sakit karna hal ini.
" Akhhhhhhhh!!"- pekik alzi kuat, berjalan menyusuri jalanan, menikmati setiap jatuhnya air hujan yang menimpah tubuhnya.
Jika seperti ini terus menerus tentu ia tak akan merasa nyaman, rasanya sangat tertekan, alzi ingin berada dijalannya sendiri, bukan diatur seperti ini.
Terus saja berjalan tak tau arah, melewati jalanan, bahkan beberapa kendaraan mulai mengklakson alzi karna lelaki itu terlalu berjalan ketengah hingga menghalangi jalan orang lain yang ingin lewat.
Tinnn... Tinnn..... Tinnnn...
" Alziii, minggir!!"- teriak seseorang yang langsung menarik tubuh alzi agar minggir.
Alzi sama sekali tak memperdulikan dirinya sendiri, justru lebih cepat ia mati maka lebih baik kan? Tapi tentu itu bukan pemecah dari semua masalahnya.
" Lo gila hah?? Lo mau bunuh diri apa gimana!!"- bentak gadis dihadapannya, berhasil menyadarkan alzi hingga reflek menatap gadis itu dengan tatapan tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z A L E R A
Jugendliteratur" Masalahnya playboy itu jabatan yang udah melekat sama gue "- alzi menarik dagu Vera mendekat padanya hingga jarak keduanya terkikis. Vera mundur selangkah agar jarak keduanya tak begitu dekat, namun sebelum melakukan itu alzi sudah lebih dulu me...