Gabut berujung petaka

146 14 1
                                    


Haii~

Kembali lagi dengan cerita picisan ini 🤧

Jangan lupa bahagia ya ❤✨

Voment juga dong d(ŐдŐ๑)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ga kerasa mereka udah mau lulus dari sekolah dan akan melanjutkan hidup mereka entah memasuki dunia pekuliahan atau mungkin dunia pekerjaan, semua punya pilihan dan jalannya sendiri.

Miu bahkan yakin di angkatannya hanya dirinya yang ga mau lanjut buat kuliah, perasaan itu semakin kuat saat dirinya di ceramahi guru konseling dan di minta kedatangan orang tuanya. Itu sungguh merepotkan bila sudah melibatkan Bunda dan Papanya, tapi mau bagaimana lagi. Ia juga yakin bila kedua orang tuanya ga akan memaksanya untuk kuliah.

Jujur aja, dirinya merasa tersesat. Di saat semuanya punya arah tujuan untuk memasuki universitas A, B, dan C atau bahkan di luar negri sekalipun. Tidak untuknya, Miu terasa bimbang dan ga tau arah tujuannya kemana. Ia cukup menyukai hal di bidang seni, tapi itu tak bisa ia pilih dari sekian banyaknya seni. Dirinya harus berfokus pada seni apa?

Galau melandanya.

Di tambah pusing ikut menyertainya, ujian kelulusan sudah di depan mata. Kepalanya berasap, sejujurnya dia ga sepintar teman-teman sekelasnya. Hanya rajin mengumpulkan tugas tepat waktu, banyak menghafal rumus, walau ga paham juga dan membaca buku, walau ia muak dengan isi buku tersebut.

Semua orang fokus dengan tujuan mereka masing-masing, nilai yang bagus untuk memasuki universitas yang mereka tuju. Mengejar nilai A dan memperbaiki nilai yang kurang.

Yah, semua orang cukup sibuk dengan dunia mereka. Tapi tidak untuk Miu, dia terlihat santai di luar namun di dalam penuh seperti benang kusut. Ga karuan. Sunwoo dan Hyunjin pun begitu, kedua temannya itu sangat sibuk bahkan saat jam istirahat sekalipun! Semua orang sibuk, kecuali dirinya!

Gila.

Dia doang yang ga gila!

Miu menatap sekitarnya malas, semua angkatannya kemana mana memegang buku. Dirinya menghela nafas bosan, ia merasa alien disini. Hanya dirinya yang tak terlihat memiliki ambisi, seperti yang lain.

Cukup sedih.

Ia merasa kesepian.


Diam-diam ia menangis di mejanya.

Seseorang merangkulnya dan mendusel di kepalanya, "lo kenapa Ry~" pupuknya pelan, Miu cukup terkejut dengan kehadiran Renjun yang kelewat peka. Tanpa melihat siapa, ia tau orang yang memanggilnya 'Ry' hanya Renjun.

"Sok tau lo!" ucap Miu sambil dorong Renjun menjauh tanpa mengubah posisi kepalanya yang masih di benamkan di lengannya.

"Ck, ikutan elah! Jangan pelit!" rusuh Renjun dan kini anaknya ikutan menenggelamkan wajahnya di lengan Miu, berdempetan dengan kepala Miu. Warga kelas yang melihat keduanya hanya melihatnya sekilas dan ga ambil pusing, mereka udah cukup pusing mana mau cape-cape buat ngurusin urusan orang.

Helaan nafas terdengar, "lo berdua ngapain sih??" kesel Chenle sambil nendang bangku yang di duduki Renjun.

"Bacot lo Leee!" balas Renjun kesel, Miu jadi ikutan natep Chenle kemusuhan.
















"Gue tinggal dulu bentar".

"Tapi gue—".

"Jangan kemana mana!" larang Jeno sambil menjauh.

Bukan Teman Biasa! ; Chenle Ft MiuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang