Setelah makan malam Nesha berjalan ke ruang keluarga, seketika ia mematung sesaat di sana, merenungkan sebuah kenangan.
Di ruang keluarga, orang tuanya sedang asik menonton. Duduk berdua dengan jarak yang sangat dekat. Tanpa sepengatahuan mereka berdua, jika ada Nesha yang berjalan mengendap-ngendap menghampiri mereka.
Sudah berada tepat di belakang kedua orangtuanya. Kedua tangan Nesha langsung merangkul kedua orangtuanya, sehingga membuat orang tuanya tersentak dan fokusnya dari telivisi langsung teralih.
"Sasha, ngagetin bunda aja deh." Ucap Kirana.
"Bunda sama Papa lagi ngapain, hayo?"
"Lagi nonton tv sayang." Jawab Ferdy.
"Oh kirain."
"Kirain apa, hm?"
"Kirain apa ya?" Tanya Nesha seraya melangkahkan kakinya ke depan mereka.
"Daripada ngira-ngira yang nggak nggak, mending anak Papa satu-satunya yang cantik sini duduk." Ucap Ferdy seraya menepuk sofa di sampingnya menyuruh Nesha duduk.
"Gak mau di situ, maunya di sini." Ucap Nesha sambil duduk di tengah-tengah Bunda dan Papanya.
"Kenapa belum tidur sayang?" Tanya Kirana.
"Tadi udah mau tidur, tapi Sasha tiba-tiba haus makanya Sasha turun minum. Eh Shasa liat Bunda sama papa di sini, jadi Sasha samperin dulu deh."
"Kamu udah minum?" Tanya Ferdy.
"Belum." Jawab Nesha menggelengkan kepalanya.
"Yaudah sana gih minum dulu baru tidur. Anak kesayangan papa sama bunda tidak boleh tidur kelamaan."
"Oke pa, tapi kiss dulu." Ucap Nesha manja.
Kedua orang tuanya mengecup pipi Nesha dengan penuh kasih sayang.
Air mata Nesha seketika jatuh. Sungguh, ia sangat merindukan masa-masa kebersamaan mereka bertiga.
Sebelum tidur, Nesha selalu mendapatkan ciuman penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya. Hal itu bisa membuat tidurnya menjadi nyaman dan nyenyak.
Salah satu hal yang ia benci dan tidak suka, jika berada di sekitar ruang keluarga, tempat di mana keluarganya menghabiskan kebersamaan mereka. Ia akan selalu menangis, mengingat masa-masa yang sudah menjadi kenangan saat ini, yang entah apakah ia bisa merasakan lagi.
Mungkin saja sudah tidak akan pernah.
Karena tidak ingin mengingat masa yang sudah menjadi kenangan itu, terpaksa Nesha tidak ingin berada di ruang keluarga ini lagi.
Kadang Ia hanya melewatinya begitu saja, tak ada minat untuk berada di ruang ini, bahkan
untuk menatap ruang keluarga ini, sudah tidak ingin, walaupun sekilas saja. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Nesha berbalik, melangkah pergi dari sana. Menaiki tangga satu persatu menuju kamarnya.Nesha keluar ke balkon memandang bintang-bintang yang indah.
"Besok, Papa udah pulang. Semoga Sasha selalu kuat."
"Sasha gak tau, kapan papa bisa memaafkan Sasha."
Sudah cukup Nesha bergumam. Ia masuk kembali untuk segera tidur. Menunggu hari esok yang kembali menyedihkan, mungkin.
***
"Nesha." Teriak Viona kepada gadis yang berjalan cukup jauh di depannya.
Reflek Nesha menghentikan jalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir Nesha (TERBIT)
Ficțiune adolescenți"Kalau kamu kangen, kenapa kamu gak nyusul aja bunda kamu? Supaya kangen kamu hilang!" "Itu udah takdir, pa. Kalau ada pilihan, Nesha bakal membiarkan Nesha aja yang di tabrak." "Gue udah pernah bilang kan ke lo, jangan terlalu percaya sama seseoran...