Part 34

147 29 9
                                    

"Terakhir tinggal bagian konsumsinya. Neta, kamu yang akan menjadi panitia di bagian konsumsi." Pinta Alga menunjuk ke arah Neta dengan pulpen.

"Baik, Ga."

"Jadi nanti kamu atur seperti tahun kemarin aja ya."

"Siap."

"Untuk rapat mengenai pengadaan pertandingan basket persahabatan berakhir sampai sini dulu. Sekian dan terima kasih."

Anggota osis lainnya segera membereskan bahan-bahan yang digunakan dalam rapat ini. Setelah itu semuanya bergegas keluar. Ada yang ke kantin dan ada juga yang langsung ke kelasnya.

Seperti dua orang ini yang tengah berjalan menuju kelasnya lebih dulu.

"Udah istirahat nih. Gak mau ke kantin lo?" Tanya Faris yang sudah duduk di bangkunya.

"Lo mau ke kantin?"

"Yaelah, malah nanya balik. Iya lah gue mau ke kantin. Leper banget nih."

"Yaudah lo pergi aja."

"Terus lo?"

"Gue mau di kelas. Gue agak kenyang soalnya."

"Oke kalau gitu. Tapi..."

"Tapi apa?"

"Gue perhatiin kayaknya lo kurang tidur deh. Bener?"

"Kemarin gue begadang."

"Gue kan udah ngomong main gamenya jangan selarut kemarin Ga, malah sampai jam satu mainnya."

"Gak tau kenapa gue gak bisa tidur kemarin malam."

"Emangnya lo lagi mikirin apaan?"

"Gak ada kok." Jawab Alga berbohong.

"Yaudah lah gue mau ke kantin. Lo mending tidur aja dulu, tapi jangan di kelas."

"Hm."

Setelah itu Faris pun bergegas keluar dan tidak lama Alga juga beranjak dari bangkunya berjalan keluar kelas. Bukan pergi menyusul Faris, tapi ia melangkahkan kaki ke taman belakang.

Dari tadi rasa kantuk menyerangnya, untungnya ia tak mengantuk saat rapat tadi. Ia langsung membaringkan tubuhnya di bangku panjang bawah pohon dengan kedua tangan dijadikan bantal dan mulai memejamkan mata.

Baru saja kesadaran Alga mulai masuk ke alam mimpi tiba-tiba seperti ada seseorang yang berdiri di sampingnya sedang menatapnya. Alga membuka matanya untuk melihat seseorang itu.

"Nesha?" Alga cukup kaget dan mengerjap beberapa kali memastikan apakah ia salah liat ataukah memang dia.

Dan gadis itu memang Nesha mantan pacarnya.

"Kayaknya pulpen gue ketinggalan di kursi ini." Ucap Nesha membuyarkan keterdiaman sesaat cowok itu.

Sontak Alga langsung bangun lalu memeriksa apakah ada pulpen. Dan benar, ada sebuah pulpen di dekat pahanya. Setelah itu ia berikan pada Nesha.

"Lain kali di manapun jangan sampai barangnya ada yang ketinggalan."

"Makasih."

Setelah Nesha pergi, Alga pun membaringkan tubuhnya kembali dengan tangan kanannya ia pakai menutupi matanya.

***

"Kak Nesha."

Merasa di panggil, gadis itu pun menoleh ke arah sumber suara.

"Kenapa Ririn?"

"Kak Nesha mau ke lapangan kan?"

"Iya." Jawab Nesha.

Garis Takdir Nesha (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang