Viona berdiri di ambang pintu kelas menunggu seseorang sedang membereskan buku-bukunya ke dalam tas. Saat Nesha sudah berjalan hendak keluar, Viona langsung menghalangi lalu menyodorkan sesuatu di depannya.
Nesha menatap Viona dengan menunjukkan raut wajah bingung.
"Tolong diterima."
Nesha kemudian mengambil sebuah kertas yang dilapisi plastik bening itu. Tangan Nesha sedikit bergetar, hatinya terasa panas dan perih setelah membacanya membuat Viona tersenyum puas.
"Gue harap lo bisa hadir. Itu baru acara pertunangan, belum pernikahan."
"Gak penting juga kalau gue hadir. Gue hadir pun gak penting juga. Balas Nesha datar.
"Penting dong, soalnya lo orang yang paling gue tunggu kehadirannya."
"Lo sengaja kan lakuin ini. Di saat lo udah tau apa yang gue rasain, lo malah membuat semuanya semakin runyam."
"Runyam gimana sih maksud lo? Gue cuma undang lo ke acara pertunangan gue sama Alga. Ada yang salah?"
"Jelas salah! Karena lo dengan sengaja undang gue supaya hati gue semakin hancur."
Viona tersenyum sok manis. "Emang iya, soalnya momen itu yang gue tunggu-tunggu." Jeda Viona berganti senyum miring. "Gue mau liat lo menyaksikan pertunangan gue sama Alga dengan hati yang hancur."
"Kenapa lo setega ini sama gue sih?"
"Lagian gue mau berlaku adil. Teman sekelas gue undang semua, masa ada satu yang gak gue undang, gak adil dong, Sha."
"Asal lo tau ya, gue gak perlu dapat undangan dari lo!"
"Undangan ini bisa membuktikan kalau lo sebagai teman yang profesional. Lo hadir ke pertunangan mantan lo dan mantan sahabat lo. Hal itu bakal menunjukkan kalau lo memang baik baik aja dan sudah move on."
"Jangan jadi pecundang, Sha." Lanjut Viona akhir dan langsung pergi meninggalkan Nesha yang mengepalkan tangan menahan emosi.
***
Dengan sangat berat hati Nesha akan pergi menghadiri acara pertunangan Alga dan Viona. Dari semalam Nesha tidak bisa tidur memikirkan hal tersebut. Sejujurnya, hatinya memang masih menaruh harap pada mantannya itu.
Nesha menghela napas berat, ia akan berusaha menguatkan hatinya nanti. Ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan semua orang. Ia tidak ingin teman-temannya menganggap jika Nesha belum move on. Ia harus kuat dan berusaha tidak meneteskan air mata.
"Nesha? Lo datang?" Tanya Faris saat melihat kedatangan gadis itu.
"Iya, gue dapat undangan."
"Lo gak apa-apa kan?"
"Maksud lo?" Jeda Nesha dengan kekehan kecil. "Gue gak kenapa-napa kok. Ada-ada aja deh lo."
"Diri lo emang gak kenapa-napa. Tapi, hati lo, Sha."
"Semuanya udah berlalu, Ris. Gue hadir ya sebatas menghadiri pertunangan teman aja."
"Gue salut sama lo. Gue temenin lo di sini aja ya."
"Boleh."
Di saat Faris dan Nesha tengah mengobrol tiba-tiba Alga datang.
"Ada apa, Ga?" Tanya Faris.
"Gue cariin lo, ternyata lo ada di sini."
"Gue lagi temenin Nesha, soalnya dia cuma sendiri."
"Selamat Alga."
Alga terkesiap saat mendengar Nesha memberikannya ucapan selamat. Alga menatap ke arahnya dan tersenyum kikuk. "Makasih."
"Semoga acara tunangan kalian lancar ya, dan juga lancar sampai hari-H nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir Nesha (TERBIT)
Fiksi Remaja"Kalau kamu kangen, kenapa kamu gak nyusul aja bunda kamu? Supaya kangen kamu hilang!" "Itu udah takdir, pa. Kalau ada pilihan, Nesha bakal membiarkan Nesha aja yang di tabrak." "Gue udah pernah bilang kan ke lo, jangan terlalu percaya sama seseoran...