Part 37

148 20 0
                                    

"Lo gak boleh ngomong kayak gitu, gak baik, Sha. Lo itu cewek kuat kok."

"Gue gak kuat. Gue lemah Raf."

"Siapa bilang lo lemah. Buktinya sekarang lo bisa lewatin semuanya, meskipun orang-orang ninggalin lo. Lo masih bisa bertahan sampai sekarang kan."

"Ada saatnya gue udah runtuh. Apalagi kalau beneran lo mau ninggalin gue. Gue lebih baik mati Raf kalau itu sampai terjadi."

Rafdan menghela napas pelan. "Sha, please!! Lo jangan pernah berpikiran untuk mau mengakhiri hidup lo. Lo tetap bertahan ya, sampai lo dapat merasakan kebahagian yang luar biasa. Gue yakin banget, nantinya lo akan dapat kebahagiaan yang udah lo harapkan."

Nesha menatap manik mata Rafdan. "Jadi lo beneran bakal ninggalin gue sendirian di sini? Lo tega Raf."

Rafdan meraih tangan Nesha dan menggenggam tangan gadis itu. "Gue bakal berusaha kasih lo kebahagiaan dan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya."
Sampai gue gak bisa tersenyum lagi pada dunia penuh teka teki ini. Lanjut batin Rafdan.

"Gak usah kalau cuma sesaat, Raf." Balas Nesha dengan memalingkan muka.

"Lo mau tau siapa yang gak bakal pernah ninggalin lo?"

Nesha kembali menoleh. "Siapa?" Tanya Nesha pelan.

"Tuhan, dia gak akan pernah ninggalin lo. Tuhan bakal selalu ada di dekat lo."

"Tapi kenapa Tuhan gak bisa buat gue ngerasain kebahagiaan?" Susah payah Nesha bertanya seperti itu lagi.

"Setiap orang gak selamanya akan merasakan kebahagiaan terus. Akan ada masalah atau cobaan yang bakal dihadapi. Tapi, lepas itu, kita akan merasakan kebahagiaan kembali. Percaya dan yakin, Sha. Garis takdir gak akan selamanya berpihak pada masalah saja, akan ada kebahagiaan setelah itu." Tutur Rafdan dan tersenyum manis di akhir kalimat. Hati Nesha mulai terenyuh.

"Lo senyum dong!" Ucap Rafdan.

"Nanti aja."

Rafdan yang greget langsung saja tangannya terangkat untuk menarik sudut bibir Nesha hingga membentuk lengkungan manis.

***

Setelah mereka dari taman, kini Rafdan mengajak Nesha pergi ke mall. Tujuannya agar gadis itu bisa menghibur diri dan pikiran.

Sebelumnya ia kembali mencoba membujuk Nesha untuk pergi ke acara papanya, siapa tau aja gadis itu berubah pikiran. Tapi, Nesha tetap dengan pendiriannya, ia tidak ingin hadir di acara pernikahan Ferdy dan Meta. Rafdan sendiri pun tidak berhak juga untuk memaksa Nesha, maka dari itu ia mengajaknya pergi ke mall saja.

Mereka memasuki mall dan menaiki eskalator beberapa kali menuju lantai empat. Di sekitarnya banyak tokoh-tokoh menjual berbagai macam. Toko sepatu, toko jam tangan, toko pakaian dan lain-lain. Tapi, ia tidak berniat memasuki salah satu toko tersebut. Justru mereka melangkah ke arah di mana timezone berada.

Mata Nesha langsung berbinar saat memasuki area timezone. Melihat berbagai permainan membuatnya tak sabar ingin segera bermain. Di sini tampak ramai dengan orang-orang yang terlihat senang saat bermain.

"Main basket dulu yuk!" Ajak Rafdan.

"Mentang-mentang anak basket, liat permainan basket langsung mau main."

"Udah ayok!" Tidak menanggapi ucapan Nesha, Rafdan langsung menarik Nesha menuju permainan mini basket.

"Kita taruhan ya."

"Lo nantangin gue. Ayok, siapa takut."

"Yang kalah, besok traktirin yang menang."

"Traktirin doang nih?"

Garis Takdir Nesha (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang