Part 8

219 67 42
                                    

Nesha menutup pintu kamarnya, kemudian menuruni tangga satu persatu. Langkahnya seketika dipelankan dan berhenti di anak tangga kedua dari bawah. Pasang matanya mengarah ke seorang wanita yang duduk membelakanginya.

Alisnya mengerut, dan menimbulkan pertanyaan di benaknya. Siapa wanita itu? Kenapa tiba-tiba ada wanita di rumah ini?

Daripada semakin penasaran. Ia langsung melangkah menghampiri wanita itu untuk melihat wajahnya secara langsung.

"Anda siapa?"

Wanita yang sebelumnya tengah menatap ponselnya, kini mendongakkan kepala saat mendengar seorang gadis mempertanyakan dirinya.

"Saya?"

"Anda siapa? Kenapa anda bisa ada di rumah saya malam-malam begini?"

"Anda anaknya pemilik rumah ini?"

"Saya tidak butuh pertanyaan balik. Saya butuh jawaban anda." Suara Nesha tampak tak bersahabat.

Wanita itu mematikan ponselnya. Ia berdiri, lalu melangkah ke hadapan Nesha. Tangannya terulur ingin memperkenalkan diri.

"Perkenalkan, saya Meta. Panggil saya tante dulu. Belum saatnya kamu panggil saya dengan sebutan mama."

Nesha mengepalkan tangannya.  "Apa maksud anda bicara seperti itu?"

Wanita yang bernama Meta itu, menurunkan kembali tangannya yang tidak dibalas oleh Nesha. Meta kembali ke tempatnya dan duduk di sana.

"Saya adalah calon istri papa kamu. Sekalian calon ibu kamu." Tekan Meta dengan tangan yang sudah terlipat di depan dada.

Nesha tersenyum kecut. "Calon ibu? Anda jangan mimpi ketinggian. Karena saya tidak sudi punya ibu lagi. Ibu saya cuma satu dan akan selalu satu."

"Saya tidak peduli dengan kamu yang tidak sudi. Terserah mau anggep saya calon ibu ataupun gak. Itu gak masalah. Yang penting saya sudah kasih tau kalau saya akan jadi istri dari papa kamu."

"Anda jangan pernah mimpi!" Suara Nesha langsung meninggi. Ia mengepalkan tangannya berusaha menahan amarah.

"Saya tidak mimpi anak cantik. Ini kenyataan."

"ANDA JANGAN PERNAH MIMPI UNTUK MENIKAH DENGAN PAPA SAYA, DAN MENJADI PENGGANTI IBU SAYA!"

"GANESHA!"

Plak

"Jangan kurang ajar kamu jadi anak. Mana sopan santun kamu, hah!?"

"Pa, wanita itu yang kurang ajar. dia mau rebut papa dari bunda."

Plak

Lagi lagi tangan Ferdy melayang ke pipi Nesha.

"Bunda kamu sudah meninggal. Dan kamu penyebabnya!"

"Bukan Nesha pa. Kapan papa bisa mengerti sih dengan ini semua?" Tanya Nesha pelan.

Ferdy diam sejenak tidak memperdulikan perkataan Nesha barusan.

Sesaat Ferdy kembali bersuara. "Sekarang kamu minta maaf!"

"Nggak. Nesha gak mau."

"Nesha!" Bentak Ferdy.

Laparnya seketika sudah hilang. Sudah kenyang dengan kejadian malam ini.

Nesha naik ke kamarnya. Lalu mengambil foto Kirana, dan langsung memeluknya. Menangis seakan ia sedang di pelukan bundanya.

Setelah meletakkan kembali foto Kirana ke posisi semula. Nesha berjalan ke luar balkon. Duduk dengan posisi seperti biasanya.

"Bunda, papa makin berubah. Apa papa udah gak cinta lagi sama Bunda?"

Garis Takdir Nesha (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang