Part 31

156 24 20
                                    

"Bi, tadi papa udah makan belum?" Tanya Nesha sudah berada di meja makan dengan sepiring nasi serta lauk pauknya di depannya.

"Katanya mau makan di luar dengan nyonya Meta, non."

"Gitu ya, bi." Ucapnya lalu bergegas makan.

"Non Nesha."

"Kenapa bi?"

"Non kenapa kayak lemas gitu? Non sakit? Tadi pagi bibi liat mata non bengkak, terus gak sarapan juga."

"Nesha rindu banget sama bunda makanya nangis, mata Nesha sampai bengkak deh. Nesha juga gak enak badan tadi, bi." Jawab Nesha dengan tersenyum kecil.

"Non sabar ya. Bunda non pasti terharu di sana liat non bisa sekuat ini. Bibi yakin, nanti non pasti bisa merasakan kembali kasih sayang dari papa non."

"Mudah-mudahan aja bi. Makasih ya bi, sering nasehatin Nesha supaya tetap kuat."

"Sama-sama non. Wajar kok bibi nasehatin non."

"Oh ya, bi. Nesha mau keluar ya."

"Iya non. Kayaknya tuan pulangnya tengah malem deh. Non ada kesempatan buat keluar."

"Iya, bi. Nesha ke kamar dulu." Nesha bergegas naik ke kamarnya. Ia akan keluar malam ini.

Nesha berjalan pelan menyusuri pinggir taman yang tampak sepi malam ini. Tatapan lurus ke depan, kentara sekali bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

"Astaga sayang, saking senangnya sampai belepotan gitu makannya."

"Mana?"

"Sini aku aja."

"Makasih."

"Kamu tuh ya, demen banget bilang makasih ke aku."

"Seneng aja gitu."

Sontak tangan Alga naik mengusap pucuk kepala Nesha gemas.

"Makasih ya, Sha." Ucap Alga begitu tulus dan menatap lekat manik mata Nesha.

Sontak cairan bening turun di pipinya. Mengingat momen itu saat dulu membuatnya kembali bersedih, sebenarnya dari tadi hatinya selalu sedih.

Nesha tertawa getir. Sungguh, hal itu tidak akan terjadi lagi.

Nesha duduk sendirian, kepalanya mengadah ke atas langit seketika sepintas memori kembali teringat.

"Ini apa, Ga?"

"Buka aja sekarang!"

"Aku buka sekarang nih?"

"Iya sayang, aku mau liat ekspresi kamu saat liat apa isi dari kotak ini."

"Oke, aku buka ya."

"Ini adalah hadiah jadian kita yang setahun."

Lagi dan lagi momen indah dulu terputar di kepalanya. Nesha mengalihkan pandangannya ke kalung yang mengalung indah di lehernya. Nesha melepas kalung itu dan menatap kalung berlionting mawar di tangannya.

"Kalung ini hadiah dari Alga pas anniversary satu tahun. Gue masih gak percaya hubungan kita cuma sampai setahun. Aku kira bakal lewatin tahun-tahun berikutnya. Ternyata gak." Monolog Nesha.

"Apa kalung ini udah gak perlu gue pakai lagi ya? Kayaknya udah gak pantes."

Nesha mengepal kalung itu di tangannya lalu menggelengkan kepala.

Garis Takdir Nesha (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang