Part 9

215 66 18
                                    

Beberapa menit, Alga sudah memunculkan dirinya. Mendengar langkah Alga, Nesha langsung merubah raut wajahnya yang sebelumnya sedih mejadi seolah baik-baik saja.

"Nih." Ucap Alga sambil menyodorkan roti dan susu kotak.

Nesha dengan senang hati menerimanya. "Makasih, pacar."

Nesha membuka bungkus roti itu lalu menggigitnya, mengunyahnya secara perlahan. Begitupun dengan Alga.

"Tiga hari lagi kita anniversary." Ucap Nesha saat mengingat hari istimewa dalam hubungannya.

"Kamu mau apa, hm?"

"Kalau bisa sih aku mau jalan-jalan ngehabisin waktu berdua sama kamu yang cukup lama."

"Kalau gitu, besok aku bakal ajak kamu jalan-jalan di hari anniversary kita sepuasnya."

Seketika Nesha menunduk lesuh. "Aku pengen banget bisa jalan-jalan sepuasnya sama kamu. Tapi, kamu tau sendiri kan, itu gak bisa."

"Kita diam-diam aja."

"Kalau kita ketahuan sama papa aku?" Tanya Nesha menatal Alga.

Alga menghela napas berat. "Kenapa sesusah itu sih keluar jalan bareng kamu tanpa harus ketahuan sama papa kamu? Apa alasannya gitu, Sha?"

"Kan kamu tau sendiri."

Lagi-lagi Alga menghela napas berat. "Iya, aku tau, tapi kenapa papa kamu gak suka kalau ada cowok yang deketin kamu? Bahkan sahabat-sahabat kamu aja dilarang jalan sama kamu."

"Papa aku takut kalau terjadi sesuatu sama anaknya."
Cih, terjadi sesuatu sama aku aja, papa gak akan peduli. Nesha tersenyum kecut dalam hatinya.

"Papa kamu terlalu posesif melebihi pacar kamu sendiri."

"Seorang ayah kan memang wajar kalau posesif sama anaknya. Apalagi anak perempuan."
Bukan posesif, tapi malah mengekang anaknya.

"Aku mah gak tahan kalau punya ayah yang posesif nya sampai kayak gitu. Gak bebasin anaknya buat menikmati masa mudanya."

"Mau gimana lagi, Ga."

"Kalau punya pacar posesif, gimana hm?" Goda Alga.

"Kamu kan gak posesif. Jadi aku lebih tahan sama kamu."

"Iya deh iya."

Mereka berdua sontak saling tertawa. Kesedihannya perlahan hilang saat bersama Alga. Tertawa bersama cowok itu sudah membuat hatinya kembali pulih.

Nesha takut, bagaimana jika suatu saat cowok itu pergi meninggalkannya. Mungkin akan lebih terasa sulit lagi Nesha menjalani hari-harinya.

Namun di lain pikiran hal itu, ia mempercayai cowok itu. Entah kenapa akhir-akhir ini pikirannya itu tertuju ke perihal tersebut.

***

Ninda mengetuk pintu kamar anaknya terlebih dahulu sebelum masuk.

"Alga."

Alga yang tengah bermain game di ponselnya langsung menoleh saat melihat kedatangan mamanya.

"Ada apa ma?"

"Ada yang mama mau bicarain sama kamu."

"Bicarain soal apa ma?"

Ninda duduk di tepi kasur milik Alga. Cowok itu lantas bangun dari posisi baringnya.

"Muka mama serius banget."

"Mama memang mau bicarain yang serius sama kamu."

Mendengar suara Ninda yang tampak serius, Alga lantas diam menunggu Ninda kembali berbicara.

Garis Takdir Nesha (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang