Part 36

148 19 0
                                    

Minggu yang cerah setelah kemarin hujan. Di pagi-pagi begini pasti sebagian orang memilih untuk tetap tidur jika tidak ada aktivitas, seperti berangkat sekolah, bekerja, atau aktivitas lainnya. Tapi, berbeda dengan gadis yang satu ini, ia masih bergelung manja di dalam dekapan selimut.

Ia sudah terbangun, tapi enggan beranjak dari posisi baringnya. Ia merasa nyaman dengan posisi seperti ini. Pandangannya mengarah pada jendela yang masih tertutupi gorden sehingga sinar matahari pagi yang masuk hanya melalui celah-celah saja.

Benaknya masih memikirkan kejadian kemarin malam, di mana papanya datang hanya untuk memberitahukan besok acara pernikahannya dengan calon ibu tirinya, dan ucapan terakhir Ferdy kemarin masih terngiang-ngiang di kepalanya. Mengingatnya membuat hati Nesha kembali sakit, tapi ia sudah tidak menangis, hanya diam meratapi.

Minggu ini, minggu yang buruk baginya karena acara pernikahan papanya digelar di hari minggu ini. Dulu di hari minggu adalah awal kejadian paling membuat hati Nesha sehancur-hancurnya, di mana ia kehilangan sosok ibu yang tak ada duanya dan merupakan sosok ibu yang Nesha akui seperti malaikat tak bersayap. Kejadian waktu itu terjadi tepat di hari minggu sehingga hari minggu adalah hari yang sangat buruk baginya.

Kurang lebih empat jam Nesha hanya terdiam di kasur dan kini akhirnya ia pun beranjak dari posisi nyamannya sebelumnya. Ia terduduk sebentar di pinggir kasur, mengarahkan penglihatan ke jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 09.15.

Ia berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajah terlebih dahulu. Setelah itu ia hendak ke bawah untuk minum air putih karena tenggorokannya terasa kering setelah hanya berdiam diri beberapa jam di kasur.

Nesha menuangkan air putih ke gelasnya lalu ia teguk sampai habis. Makanan yang biasa dimasak oleh Bi Mina kini sudah tersaji di meja makan. Nesha mulai melahap makanannya dengan perasaan lapar tak lapar.

Bi Mina memandang majikan mudanya tersebut prihatin dengan kondisinya sekarang. Bagaimana tidak? Kentara sekali Nesha terlihat berbeda pagi ini. Biasanya Nesha setelah bangun akan segera mandi, tapi saat ini, Nesha terlihat kacau. Mata yang bengkak, sedikit warna hitam di bawah matanya., rambut yang berantakan, dan wajah yang tak ada semangat hidupnya sama sekali.

Hal itu mengingatkan Bi Mina kembali dengan Nesha yang dulu, meskipun waktu dulu Nesha terlihat lebih kacau saat bundanya meninggal. Untuk sekarang, bi Mina tahu alasan majikan mudanya seperti ini lagi. Kemarin malam bi Mina sempat melihat Nesha menangis tersedu-sedu di ruang tengah dan melihat kemalangan gadis itu membuatnya juga ikut merasa sesak.

"Non, bibi gak bisa ngapain-ngapain, mungkin bibi gak bisa ngasih non solusi yang bisa sedikit merubah masalah non. Tapi, bibi cuma bisa selalu kuatin non. Non Nesha tetap sabar ya. Non Nesha gadis yang kuat, pasti nyonya sangat bangga memiliki anak kuat seperti non Nesha."

"Makasih ya bi udah kuatin Nesha terus. Meskipun Nesha ngerasa udah gak sanggup lewatin ini bi."

"Non, harus tetap kuat ya. Non gak sendiri kok. Non Nesha, jangan pernah merasa cuma non yang berada di posisi seperti ini."

"Makasih ya bi, udah ingetin Nesha."

"Iya, non."

***

Nesha sudah siap dengan pakaian jalannya. Kaos pink muda dibaluti cardigan rajut putih serta jeans abu-abunya, tak lupa juga tas selempang favoritnya.

Mengetahui pakaian yang dikenakan Nesha tak memungkinkan akan pergi ke acara pernikahan. Yah, Nesha memang tidak berniat ke acara pernikahan papanya, justru ia akan pergi ke sebuah taman.

Sekarang Nesha sudah berada di salah satu taman. Ia pun berjalan ke salah satu kursi taman yang di depannya terdapat sebuah air mancur. Ia duduk sendirian dan begitu menikmati. Itu lebih baik daripada ia duduk di tengah-tengah keramaian yang membuatnya tak bisa menikmati seperti di acara pernikahan papanya, saat ini acara itu pasti berlangsung meriah.

Garis Takdir Nesha (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang