Part 4

303 91 34
                                    

"Ganesha!"

Byurrr

Nesha langsung tersentak di kala sebuah air membasahi wajahnya. Ia langsung bangun saat melihat papanya sudah berdiri di hadapannya dengan sebuah gelas di genggemannya.

"Papa?"

"Jadi selama saya tidak ada di rumah, cuma ini yang kamu lakukan."

"Pa, tadi aku cuma--."

"Cuma apa ha!? Cuma tidur!?"

"Semenjak saya keluar tadi, kamu sudah mulai tidur, dan jam segini kamu baru bangun?" Gertak Ferdy.

Nesha langsung melihat jam dindingnya. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Sial, kenapa ia ceroboh hingga baru bangun sekarang.

"Maaf pa, tadi aku ketiduran."

"Enak banget kamu tidur selama itu. Kemarin-kemarin pekerjaan kamu sudah pasti cuma tidur selama saya tidak ada di rumah kan!"

"Nggak kok pa."

"Dasar anak gak tau diri."

Plak!

Satu tamparan mendarat tepat di pipi kanan Nesha. Ia hanya bisa pasrah saat papanya melakukan hal itu lagi. Ia muak, namun yang bisa ia lakukan hanya mencoba menerimanya dengan alasan masih bisa menghadapinya.

Setelah itu, Ferdy melempar gelas plastik hingga terjatuh ke lantai. Lalu melangkah keluar dengan wajah yang masih marah. Menutup pintu dengan sangat kencang, membuat Nesha tersentak. Sesaat air matanya langsung luruh.

Dengan keadaan yang masih menangis, matanya menatap foto Kirana dengan tatapan berharap. "Bunda, selalu kuatkan Sasha ya."

Nesha beralih mengambil gelas berbahan plastik tersebut yang tergeletak di lantai dan diletakkan di atas nakas. Lalu memilih keluar balkon.

"Bunda, kapan ya papa bisa nerima keadaan? Kapan papa bisa memahami kalau semua itu bukan keseluruhan kesalahan Sasha."

"Sasha tau, karena kekeras kepalaan Sasha waktu itu, kejadian seperti itu terjadi. Tapi itu semua udah takdir kan, Bun?"

"Bunda, Sasha kangen banget."

Beberapa jam Nesha berada di balkon. Seharusnya ia sudah masuk untuk tidur, namun ia enggan. Tidak ada minat tidur malam ini. Rasanya lebih nyaman menatap bintang-bintang yang indah di atas sana.

Sepertinya malam sudah sangat larut dan akhirnya Nesha masuk ke dalam. Benar saja, saat ini sudah pukul jam dua dini hari. Cukup lama berada di luar, tapi terasa hanya sebentar.

Nesha ingin segera tidur, tapi sebelumnya ia mengecek ponselnya sebentar. Ada pesan dari Alga yang terpampang di layar ponselnya yang sudah menyala.

Dua puluh pesan dari Alga, namun Nesha tidak ada minat untuk membukanya. Lagipula ini sudah tengah malam. Ia tidak ingin jika Alga bertanya-tanya soal dirinya yang belum tidur. Setahu Alga, Nesha selalu sudah tidur tidak lewat jam dua belas malam.

***

"Kenapa chat aku kemarin malam gak kamu bales?"

"Malamnya aku gak pegang hp."

"Kamu gak marah kan?"

"Aku marah kenapa emang?"

"Waktu kamu chat aku pas sorenya. Aku gak pegang hp waktu itu. Pas malamnya aku chat kamu, kamu gak bales-bales. Jadi aku pikir kamu lagi ngambek."

"Soal chat yang kemarin udah berlalu. Mending gak usah dibahas."

"Kamu beneran marah ya, Sha?"

"Aku gak marah, Alga. Aku tau kamu kan lagi sibuk makanya gak pegang hp, balas chat dari aku juga udah sering lama."

Garis Takdir Nesha (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang