Part 19

177 52 62
                                    

Ferdy dan Nesha berjalan beriringan memasuki salah satu restoran yang ada di Jakarta. Tidak sengaja ekor mata Ferdy melihat Nesha meneteskan air mata. Nesha yang sadar jika Ferdy meliriknya ia pun langsung mengusapnya.

Nesha hanya terharu bisa ke sini lagi karena terakhir kali ia ke restoran ini saat bersama papa dan bundanya dulu. Di satu sisi ia sangat senang, tapi di sisi lain ia juga sedih, karena ke sini sudah tidak bersama bundanya lagi. Dan hal itu membuat Nesha teringat momen kebersamaan mereka saat bertiga dulu.

"Kenapa ada tiga kursi pa?" Tanya Nesha bingung saat terdapat tiga kursi di sini.

"Kamu tidak usah bertanya, nanti kamu akan tau siapa yang kita tunggu."

"Jadi bukan cuma kita berdua, pa? Ada orang lain?"

"Sebentar lagi dia akan datang."

Raut wajah Nesha seketika berubah. Yang tadinya semangat kini menjadi lemas. Ia diam-diam mengepalkan tangan. Di benaknya terlintas satu orang, siapa lagi kalau bukan wanita itu.

"Hai, mas."

Suara itu seketika membuyarkan lamunan sesaat Nesha. Dan terbukti dugaannya memang benar.

"Hai." Balas Ferdy tersenyum.

"Selamat malam Nesha." Ucapnya setelah duduk di kursi satu yang sebelumnya kosong .

"Nesha, kenapa kamu diam saja?"

"Malam." Balas Nesha tak minat sama sekali.

"Tante senang kamu bisa ikut makan malam bersama kami. Ya agar tante sama kamu bisa lebih akrab, karena nantinya kamu akan jadi anak tante."

Nesha mengabaikan perkataan Meta. "Papa kenapa sih ngajak wanita ini juga?"

"Justru kamu harus berterima kasih kepada Meta, karena Meta yang ajak kamu ikut gabung."

"Jadi bukan papa yang ajak Nesha?"

"Kamu pikir saya mau makan berdua sama kamu."

"Terus kenapa papa ngajak Nesha. Kalau Nesha tau kita makan malam sama wanita ini, Nesha gak akan mau, pa."

"Saya pun hanya terpaksa, Nesha. Kalau bukan Meta yang bujuk saya, saya gak akan sudi ajak kamu."

Sakit, itulah yang dirasakan hati Nesha saat ini.

"Sudah-sudah, mending kita makan yuk." Ucap Meta seolah-olah melerai perdebatan itu.

"Makasih."

"Kamu mau kemana Nesha?" Tanya Ferdy saat Nesha berdiri hendak pergi.

"Nesha mau pulang, pa. Nesha makan di rumah aja."

"Duduk!!"

"Tapi pa--"

"Duduk Ganesha!!" Gertak Ferdy.

"Mas tenang ya, orang-orang pada liat ke sini tuh."

Mata Nesha berkaca-kaca, tapi ia harus berusaha menahannya, ia tidak ingin menangis di depan dua orang paruh baya itu. Dengan terpaksa Nesha kembali duduk.

Garis Takdir Nesha (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang