49 ketidakpercayaan

138 1 0
                                    

Bram dan Dina pun datang dan masuk keruang IGD"Ervan, gimana keadaan Kia?" Tanya Dina.

"Gimana keadaan anak saya?"

Ervan hanya menggelengkan kepalanya dan langsung bersujud di kaki Bram"om, maafkan aku, gara - gara aku tidak becus menjaga Kia"

"Tegak, ada apa sebenarnya?" Tanya bram.

"Kia pergi meninggalkan kita semua" ucap Ervan.

"Apa!" Ucap Bram.

"Innalilahi wa innailaihi rojiun, Kia" ucap Dina.

"Kia tertembak om, dan ini semua gara - gara aku"

Bram pun langsung melihat mayat anak kesayangannya itu "sayang, maafkan ayah ya, gara - gara keegoisan ayah, kamu jadi kena imbasnya, maafkan ayah" ucap Bram sembari memegang tangan anaknya itu dan mencium keningnya untuk yang terakhir kalinya.

"Aku yang salah om" ucap Ervan.

"Tidak om, ada orang yang memang sengaja menembak Kia" ucap Ara.

"Tapi aku yang salah, karena aku tidak menjaga Kia dari tembakan itu"

"Kia, bunda disini nak, maafkan bunda ya, akhir - akhir ini bunda jarang menemuimu, Kia yang tenang ya Sana, bunda janji akan selalu doakan Kia" ucap Dina sembari mengelus rambut hitam Kia.

"Maafkan aku om bram" ucap Ervan.

"Tidak, kamu tidak salah, om yang salah,"

"Bukan om tapi aku yang salah"

"Kamu itu anak yang baik, Kia selalu menceritakan tentangmu kepada om, dia sangatlah menyayangimu, Kia katanya sangat beruntung mendapatkanmu, om yang salah, om malah ingin memisahkan kalian berdua"

"Kalau nyawa bisa ditukar, biar aku saja yang pergi Kia jangan" ucap Ervan.

"Sayang, kamu tidak boleh bicara seperti itu, berarti rasa sayang allah kepada Kia lebih besar, kita doakan saja yang terbaik untuknya" ucap Dina.

"Tapi aku belum siap kehilangan kia Bu, Kia berarti buat aku, tanpa dia aku seperti bulan tanpa bintang, "

"Ikhlaskan kia, kalau kamu memang sayang dengannya" ucap Dina.

"Terimakasih, kalian semua sudah selalu menjaga Kia selama aku tidak ada disini," ucap Bram.

"Iya pak, sama - sama" ucap Dina.

"Saya juga minta maaf yang sebesar - besarnya atas kelakuan mantan istri saya kepada ibu"

"Sudahlah pak, tidak usah dibahas lagi, yang lalu biarlah berlalu, yang terpenting sekarang kita urus Kia dulu," ucap Dina.

"Iya buk, saya keluar dulu ya, mau urus administrasi dan urus kepulangan Kia" ucap Bram dan pergi dari ruangan Kia.

Ervan masih saja berharap kalau Kia masih hidup, ia terus memegang tangan Kia yang sangat dingin. "Kia, tanganmu dingin sekali, inget gak dulu waktu kita kehujanan pas pulang sekolah kita berteduh disebuah rumah kosong dan tanganmu sangat dingin terus aku pegang erat - erat, kamu inget kan" ucap Ervan.

"Ervan, jangan kamu buat Kia sedih lagi ya, dia udah tenang di sana, kamu ikhlaskan dia," ucap Dina.

"Sampai kapanpun aku gak akan ikhlas Kia pergi Bu" ucapnya.

Tak lama dari itu suster pun datang untuk membawa Kia."permisi, bu maaf menggangu, saya cuma mau urus kepulangan almh Kia dan saya akan membawanya ke kamar mayat terlebih dahulu " ucap suster itu.

"Gak, jangan bawa Kia ke kamar mayat, " ucap Ervan.

"Maaf dek, tapi memang harus dibawa ke ruangan mayat terlebih dahulu"

"Pacar saya sini Masih hidup dok, dia gak meninggal,"

"Ervan, jangan gitu, Kia harus di urus kepulangannya "

Suster itu pun langsung mendorong brankar Kia"permisi" ucap suster itu lalu pergi.

"Kenapa tuhan gak adil, kenapa, ayo tuhan jawab" ucap Ervan.

"Ervan, kamu gak boleh bicara begitu, harusnya kamu doakan yang terbaik buat almh kia, bukan malah menyalahkan Tuhan"

"Kalau saja Tuhan tidak menjemput Kia, Kia tidak akan pergi secepat ini Bu"

"Ibu mau keluar sebentar, kamu jangan berbuat yg aneh² Ervan, ikhlaskan dia" ucap Dina lalu pergi keluar dari ruangan IGD.

•••

Hari Senin tanggal 1 Februari tepat jam 9 pagi Kia selesai di makamkan, seluruh guru - guru dan teman - temannya datang ke pemakaman Kia, tetapi, tidak dengan Ervan, ia tidak datang ke pemakaman Kia, ia mengurung dirinya di kamar, hanya ibunya dan April yang datang ke pemakaman kia itu.

"Kia, kenapa Lo tinggalin kita secepat ini, kita belum siap kehilangan lo Kia"ucap Lala.

"Gak nyangka aja gitu, gue kira kita bakalan bareng - bareng lulus di SMA lentera bangsa eh Lo malah duluan pergi, mana perginya jauh lagi," ucap Dania.

"Kia, kita sayang sama Lo," ucap sakura sembari memegang batu nisan Kia.

"Ikhlaskan dia, biarkan dia tenang di sana," ucap Ara.

"Pak Bram, kami sekeluarga mengucapkan turut berduka cita atas kepergian Kia," ucap Dina.

"Terimakasih buk, Oh iya, Ervan mana?" Tanya Bram.

"Ervan masih belum bisa menerima kepergian Kia, ia menyendiri di kamarnya, sepertinya ia butuh waktu untuk mengikhlaskan Kia," ucap Dina.

"Kasian anak itu, saya titip salam ya Bu buat Ervan, dan tolong kasihkan ini ke Ervan" Bram memberikan sepucuk surat putih ke Dina.

"Apa ini pak?" Tanya Dina.

"Itu surat ada di dalam laci lemari Kia, itu sepertinya surat yang Kia tulis untuk Ervan, semoga saja setelah Ervan membaca surat itu ia bisa merasa tenang " ucap Bram.

"Baik pak, nanti saya berikan ke Ervan, kalau gitu saya permisi dulu pak" ucap dina.

"Iya buk, sekali lagi terimakasih" ucap Bram.

"April gak mau pulang, april mau nemenin kak Kia, kasian dia sendirian disini," ucap April.

"April sayang, kak kianya gpp kok disini, dia disini banyak temen tuh liat banyak makam disini, nanti kita kesini lagi kok, April jangan sedih, nanti kak kianya ikut sedih juga" ucap Dina.

"Tapi kak Kia pasti gak kenal sama orang - orang disini"

"April, kak Kia udah tenang, kita pulang ya"

"April, nanti kesini lagi aja kalau kangen sama kak Kia, tapi April harus pulang dulu" ucap Bram.

"Iya om, ayo bunda pulang"

"Ayo, pak, saya permisi" ucap Dina lalu pergi bersama April menuju mobil.

Sementara yang lain kasih berdoa untuk Kia, terutama ananda, ia merasa terpukul mendengar kepergian Kia" Kia, Lo yang tenang di sana, kita disini akan selalu doakan Lo dan akan selalu mengingat kenangan bersama Lo" ucap ananda.

"Ervan pasti sangat terpukul dengan kepergian kia" ucap Aldo.

"Pasti, itu, apalagi Kia adalah cinta pertamanya " ucap Ale.

Tak lama dari itu mereka pun berpamitan kepada Bram untuk pulang"om, kita mau pulang dulu ya, sekali lagi kita mengucapkan bela sungkawa sedalam - dalamnya untuk kepergian Kia" ucap ananda.

"Iya, terimakasih," ucap Bram.

"Sama - sama om, kita pamit, assamualaikum" ucap ananda lalu pergi bersama anak - anak Genk kobra lainnya.

Azkia(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang