Mina pov
Aku melihat ke cermin untuk terakhir kalinya sebelum kembali ke kafetaria. Saat aku ke sana, aku merenungkan kembali percakapan terakhir ku dengan jeongyeon.
"Sudah lah mina...kita akhiri saja semua ini...aku sudah lelah...Hubungan kita tidak akan pernah berhasil. Perbedaan kita sangat jauh mina..."
"Tidak, aku tidak mau!!!"
Aku mengusap wajahku dengan telapak tanganku.
Mengapa aku harus melakukan sesuatu yang tidak pernah aku inginkan?
Seharusnya aku menyetujui permintaannya padaku sehingga aku tidak lagi menyakiti hatinya.
Aku sedang berjalan ketika seseorang tiba-tiba meraih tanganku. Mendorong ku ke sudut loker dan menciumku. Ciuman itu membuatku tersenyum dan aku dengan senang hati membalas ciuman itu.
"Aku merindukanmu..."
"Hmmm...aku juga merindukanmu..." balasku.
Kami berdua tersenyum dan dia kembali menciumku.
Sepertinya hubungan yang ku miliki dengan jeongyeon tidak berarti lagi bagiku. Ya, aku memang sangat mencintainya selama beberapa tahun terakhir tapi 2 tahun ini...itu sangat berbeda.
Aku hanya tak bisa mengungkapkan padanya dan memberitahunya bahwa aku tidak mencintainya lagi. Aku takut pada diriku sendiri tetapi tzuyu memberi jawaban yang ku cari selama ini. Aku tidak mempunyai rasa cinta lagi padanya dan sepertinya aku mulai jatuh cinta pada lelaki yang ada di hadapan ku saat ini.
Tetapi meskipun aku tidak jatuh cinta lagi dengan jeongyeon, aku masih menganggap fakta bahwa kami telah bersama selama 3 tahun dan aku masih memperlakukannya seperti biasanya. Dan hubungan yang kumiliki dengan tzuyu atau lelaki lain...aku masih tidak tahu.
Ini semua berawal ketika jeongyeon setuju dengan permintaanku untuk menyembunyikan hubungan kami dan juga dimana ia mulai sibuk dengan kerja paruh waktunya.
Ya, aku tau ini semua salahku...aku yang meminta merahasiakan hubungan kami dari orang-orang. Aku hanya belum siap untuk go public karena itu bisa memperburuk citraku sebagai salah satu putri dari orang berpengaruh di negeri ini.
"Kapan kau akan putus dengan pria miskin itu?"tanya tzuyu padaku.
"Secepatnya..."jawabku.
"Kau mengatakan itu setiap kali aku bertanya padamu..."ucapnya dengan wajah cemberut.
"Karena aku belum punya jawabannya. Kau tau kan kalau aku tidak peduli lagi padanya dan kau juga tau kalau aku tidak mencintainya lagi. Aku akan bermain sebentar lagi dengannya dan ketika aku selesai, kita akan bisa bersama, oke?"
Dia tersenyum dan kami berciuman lagi sampai suara batuk seseorang mengganggu kami. Kami berdua berbalik dan melihat sahabatku, jihyo menghentakkan kakinya tanpa henti.
"Apa kau masih lama minari? Aku sudah lelah menunggumu dari tadi..."
Aku mendorong tzuyu menjauh dariku dan mulai berjalan mendekati jihyo.
"Ji, maaf...ayo kita makan siang..." dengan senang hati jihyo setuju dan aku mengedipkan mata pada tzuyu untuk terakhir kalinya sebelum aku pergi.
"Berhenti menipu, mina..."
"Aku tidak..."
"Ya, kamu..."
"Dengar ji, masalah ku sudah banyak dan jangan sampai kau menambahnya lagi..." malasku saat tau apa yang akan dikatakan nya padaku.
