Chapter 13

803 133 45
                                    

Jeongyeon sedang menghadiri pertemuan di perusahaan nya yang sudah berlangsung selama 3 jam untuk membicarakan perkembangan perusahaan mereka.

Ini adalah pertama kalinya dia menghadiri pertemuan seperti ini, dia mencoba memproses semua informasi yang diberikan tetapi ia merasa kalau itu semua melelahkan bahkan taecyeon pun juga merasakan hal yang sama dengan adiknya itu.

Ayahnya akhirnya mengakhiri pertemuan setelah 3 jam yang panjang. Mereka memutuskan untuk istirahat sebelum melanjutkan membahas tentang apa yang harus di lakukan untuk 3 bulan ke depan.

Jeongyeon dan taecyeon menghela napas berat saat mereka berdua bersandar di kursi yang sudah mulai tidak nyaman untuk mereka duduki lebih lama tapi mereka masih terlalu lelah untuk berdiri. Ayah mereka langsung pergi ke ruang kantor mereka untuk istirahat di sana.

"Hyung, serius? Apakah kita harus melakukan ini setiap 3 bulan? Ini benar-benar melelahkan dan terlalu banyak informasi untuk aku simpan di kepalaku" jeongyeon merengek sambil membolak-balik tumpukan kertas tebal di depannya yang berisi semua hal tentang pertemuan itu.

Taecyeon hanya mengangguk lelah karena dia juga sudah pusing melihat angka-angka itu terlalu lama.

"Mau minum kopi lagi dan makan? Kita punya satu jam untuk istirahat sebelum beralih ke topik berikutnya dari pertemuan ini..."ucap taecyeon sambil memijat dahinya.

Taecyeon tiba-tiba berdiri, mengagetkan adik laki-lakinya dan senyum menyeramkan menghiasi wajahnya. Jeongyeon mengangkat salah satu alisnya bingung dengan perubahan suasana hati kakaknya itu.

"Sebaiknya kau segera pergi ke ruangan mu, sana pasti sudah menunggu mu di sana..."ucap taecyeon menggoda jeongyeon.

"Oh ya tuhan, aku lupa...untung kau mengingatkan ku hyung. Jika tidak aku pasti akan mati di tangan wanita ular itu..."jeongyeon terkekeh ketika dia beranjak dari tempat duduknya.

"Jaga mulutmu itu, jeong. Kau pasti benar-benar mati jika dia sampai mendengar kata-kata mu itu..." taecyeon menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat adiknya itu.

"Iya hyung...aku hanya bercanda. Aku duluan ya hyung..." pamit jeongyeon menepuk bahu taecyeon.

Jeongyeon berjalan terburu-buru menuju ruangannya. Dia tersenyum tidak jelas saat melihat sana sedang duduk di salah satu sofa di dalam kantornya.

"Oh kau sudah selesai?" sana meletakkan kertas yang di pegangnya untuk mendekati jeongyeon.

"Eummm...."jeongyeon dengan cepat mengangkat tubuh sana dan mencium pipinya.

Sana menjerit pelan saat tubuhnya tiba-tiba di angkat jeongyeon ke udara, ada rasa takut sekaligus bahagia di dalam hatinya.

"Yakk...kita masih di kantor, bodoh!!!"

"Maaf, aku lupa...." ucap jeongyeon terkekeh pelan.

"Ya sudah...sebaiknya kita makan siang sekarang..."sana menggelengkan kepalanya sambil mengusap pipi jeongyeon.

Sana menarik tangan jeongyeon agar segera duduk bersamanya. Dia mengeluarkan bekal makan siang yang dia buat khusus untuk jeongyeon dari paper bag yang dibawanya. Dia mulai membuka satu persatu kotak bekalnya lalu memberikannya pada jeongyeon.

"Thanks sayang..."jeongyeon tersenyum senang saat menerima bekal makan siangnya kemudian mencium pipi sana.

Sana hanya memperhatikan jeongyeon yang lahap memakan masakannya seraya memperbaiki rambut jeongyeon yang terlihat berantakan.

"Aku jadi lapar lagi saat melihatmu makan..."ucap sana sambil menatap jeongyeon.

"Kalau begitu, kau harus ikut makan bersamaku..." ucap jeongyeon.

Pain (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang