Jeongyeon duduk dengan gugup di atas kursi kebanggaannya. Jantungnya terus berdetak tak karuan saat mengingat kalau hari ini dia akan kembali bertemu dengan mina.
Tuan park tiba-tiba masuk ke ruangan jeongyeon dan sempat heran saat melihat puteranya itu hanya duduk diam di kursinya.
"Kenapa dengan wajahmu?"tanya tuan park yang berhasil menyadarkan jeongyeon dari lamunannya.
"Appa?" kaget jeongyeon yang sontak beranjak dari kursinya untuk mendekati tuan park.
"Iya tentu saja ini appamu..." canda tuan park.
"Apa yang kau pikirkan sampai kau tidak sadar jika appa masuk ke ruangan mu..."tanya tuan park saat duduk di sofa.
"Tidak ada, appa...aku hanya kelelahan saja..."bohong jeongyeon yang sudah duduk disamping appanya.
"Benarkah?" tanya tuan park dengan alis terangkat.
"Ne appa..." angguk jeongyeon.
"Bukan karena mina kan?"goda tuan park dengan senyum penuh arti.
"Appa....." rengek jeongyeon.
"Hahahaha...sudah ku duga. Kalau putri dari sahabat ku itu yang membuatmu seperti ini..."ucap tuan park sambil menghela napasnya.
Jeongyeon hanya diam dan menundukan kepalanya karena tau yang di katakan tuan park itu benar.
"Maafkan appa, seharusnya appa tidak menerima tawaran kerjasama itu..." ucap tuan park mengambil tangan jeongyeon untuk digenggamnya.
"Tidak appa...ak..."
"Nanti siang appa akan bertemu dengan akira. Appa akan membatalkan kerjasama sama dengan anak perusahaannya itu..."potong tuan park yang membuat jeongyeon menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Tidak...jangan lakukan itu appa!" tegas jeongyeon.
"Tapi appa tidak ingin melihatmu seperti ini..." ucap tuan park dengan rasa bersalah.
"Aku akan baik-baik saja appa. Ku mohon jangan lakukan itu. Proyeknya baru saja di mulai dan aku tidak ingin perusahaan kita mengalami kerugian karena diriku..."kata jeongyeon meyakinkan tuan park.
"Apa kau yakin?" jeongyeon langsung mengangguk cepat.
"Iya appa...aku akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan kita..."jawab jeongyeon.
"Oke...kalau begitu jangan melamun lagi...kau nampak jelek kalau sedang melamun seperti tadi..."cengir tuan park.
Ia menepuk pelan kepala jeongyeon sebelum beranjak dari sofa dan berjalan keluar menuju ruang kerjanya.
"Appa..."tuan park langsung berbalik untuk menatap puteranya.
"Kenapa?"tanyanya.
"Terima kasih karena selalu menjaga ku..."ucap jeongyeon dengan lembut.
"Itu sudah tugasku untuk menjaga putraku..."balas tuan park tersenyum sebelum menutup pintu.
Jeongyeon menghela napas panjang sebelum kembali duduk di atas kursinya. Dia pun mulai memeriksa beberapa dokumen yang tertumpuk di atas mejanya. Dia mengetuk-ngetukan jarinya di meja saat membaca dokumen itu.
"Kyungwan...kyungie-ah..."panggil sana yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja jeongyeon.
Sana mengernyitkan dahinya dan menatap heran ke arah jeongyeon yang terlihat sibuk dengan dokumennya.
"Sayang..." bisik sana sambil memegang bahu jeongyeon.
"Ah sana..."jeongyeon terlonjak kaget saat merasakan sentuhan tangan sana dipundaknya.