"Menikah? Apa aku bisa? Bukankah ini terlalu cepat? Bagaimana jika hal buruk itu terjadi lagi?" pikiran itu terus berputar di kepala jeongyeon setelah tuan park memberitahunya tentang orang tua mina yang ingin menjadikannya sebagai menantu dari keluarga Myoui.
"Jeongyeon....jeongyeon!!!" teriak mina karena tak kunjung mendapat jawaban, ia pun langsung mencubit lengan jeongyeon.
"Aaaaa....sakit!!!" ringis jeongyeon sambil mengusap lengannya.
"Siapa suruh dipanggil berkali-kali tetap diam!!!" marah mina.
Jeongyeon kembali diam, seakan dia benar-benar tidak mendengar dan tidak menganggap mina yang sedang duduk di sampingnya.
"Nah kan melamun lagi! Kau lagi memikirkan apa?!" kesal mina.
"Mina..." panggil jeongyeon tidak memperdulikan pertanyaan mina.
"Apa?!"
"Appa dan paman menyuruh kita makan malam bersama hari ini...."kata jeongyeon.
"Iya aku tahu, kita kan sudah membicarakan hal ini dari tadi..."ucap mina dengan tidak percaya.
"Ahhh benarkah? Aku lupa..."ucap jeongyeon memijat keningnya.
"Sayang, kau ini kenapa? Kenapa kau jadi linglung begini?" heran mina menatap jeongyeon dengan khawatir.
"Apa aku bisa melakukannya? Aku...bukankah ini terlalu cepat bagi kita?"kata jeongyeon mengarah pada rencana pernikahan yang telah dibuat keluarga mereka.
"Sayang, apa yang kau bicarakan? Kita sudah berhubungan lebih dari 3 tahun dan ditambah dengan sekarang. Apa itu masih belum cukup bagimu?" tanya mina sambil mengambil tangan jeongyeon untuk dia genggam.
"Aku tahu, tapi tetap saja ini terlalu cepat bagiku. Kita baru memulai dari awal lagi dan hubungan kita sekarang bahkan baru mau berjalan dua bulan dan itu masih terlalu dini, mina..." kata jeongyeon mencoba menjelaskan pada mina.
"Apa kau tidak ingin menikah dengan ku?" tanya mina yang membuat jeongyeon menggelengkan kepalanya.
"Aku sangat ingin, sayang. Tapi aku perlu sedikit waktu lagi. Jujur, aku takut jika hal dulu terjadi lagi padaku..." ucap jeongyeon dengan jujur sambil menundukan kepalanya.
"Apa kau masih tidak percaya padaku?" tanya mina dengan lembut sambil mengusap punggung tangan mina.
"Aku percaya padamu, mina. Tapi tetap saja, rasa takut itu masih memenuhi kepalaku. Aku takut jika kau tiba-tiba berubah dan kembali seperti dulu lagi. Aku juga takut jika kau tiba-tiba seperti sana..." kata jeongyeon mengalihkan pandangannya dari mina.
"Sayang, aku mengerti dengan semua rasa takut yang kau miliki saat ini. Tapi, aku bisa pastikan padamu kalau aku bukan mina yang dulu lagi. Aku sudah berubah, sayang..." jeongyeon tetap diam dan melihat ke arah lain.
"Hufff...bagaimana caranya agar kau bisa percaya padaku hmm? Apa yang harus ku lakukan agar ketakutan mu itu menghilang dari pikiranmu?" tanya mina menangkup wajah jeongyeon agar menatapnya.
"Apa kau ingin aku membatalkan semuanya dan meminta appaku untuk menundanya sampai kau benar-benar siap?" tanya mina sambil menatap dalam mata jeongyeon.
Jeongyeon tetap diam beberapa saat sambil memikirkan kata-kata mina. Dia menghela napasnya sebelum menjawab pertanyaan mina.
"Bisakah aku meminta waktu satu minggu lagi untuk memikirkan semuanya?" tanya jeongyeon yang mendapat anggukan setuju dari mina.
"Tentu saja, sayang. Aku akan bicara pada paman, appa dan juga eommaku. Jadi, sekarang kau tidak perlu melamun dan khawatir lagi, oke?" tanya mina mengusap lembut pipi jeongyeon.