Mina pov
"Aku juga mencintaimu, sana..."
"TIDAK...TIDAK!!!!"
Aku terbangun dari tidurku dengan air mata membasahi wajahku. Aku bernafas lega karena semua yang ku lihat tadi hanyalah mimpi.
Tapi, kenapa jeongyeon bisa bersama sana di dalam mimpiku? Apa mereka benar-benar...? Tapi setauku sana tidak di korea, dia sudah lama pindah ke amerika. Tapi kenapa aku bisa memimpikan mereka berdua?
"Huffttt....tenang lah mina...itu semua hanya mimpi..."ucapku pada diriku sendiri.
Entah kenapa akhir-akhir ini aku terus memimpikan jeongyeon dan selalu memikirkannya. Seharusnya aku tidak memikirkannya lagi. Kami tidak punya apa-apa lagi, tapi kenapa aku masih merindukannya?
Apa yang aku pikirkan? Aku juga berpikir untuk mengiriminya pesan tapi aku tidak tahu apakah nomor lamanya masih aktif atau tidak. Tapi sebenarnya aku selalu bisa menanyakannya pada jihyo meskipun akan sulit mendapatkan informasi itu karena dia tidak mau aku mengganggu jeongyeon lagi.
Jihyo dan momo mulai mengkhawatirkan ku karena aku mulai bertingkah aneh. Ya pikiranku cukup kacau karena jeongyeon selalu saja muncul di kepalaku.
Tiga tahun ini aku merasa sangat kehilangannya karena dia tidak pernah membuatkan kopi lagi untukku saat aku datang ke kafe.
Aku sangat merindukannya dan akhir-akhir ini aku selalu bertengkar dengan tzuyu. Entah kenapa aku selalu merasa kesal saat bersamanya.
Dia selalu berusaha memperlakukanku seperti seorang putri tapi sepertinya aku hanya ingin untuk sendiri sementara waktu. Dia tidak bersalah, dia menawan, dia baik, dia sempurna tapi untuk saat ini pikiran dan hatiku semakin kacau.
Aku memeriksa jam, sudah jam 3 pagi...kenapa aku terbangun lagi pagi-pagi begini dan bermimpi tentang jeongyeon yang mencium wanita lain di depan ku?
Aku turun dari kasur lalu memakai sandalku dan pergi ke balkon untuk menatap bulan yang cerah dengan bintang-bintang bersinar di sekitar langit.
Aku bertanya-tanya, apa yang dilakukan jeongyeon saat ini? Apa dia sudah tidur atau masih terjaga seperti ku?
Aku tahu kalau kau sudah pergi jauh dari ku jeongyeon. Aku ingin kau kembali bersamaku dan aku sangat menginginkanmu kembali padaku.
Jihyo mengira aku gila karena sudah mencampakkan mu demi lelaki itu, namun sekarang aku merasa sangat sedih dan patah hati mengetahui bahwa kau jauh dari genggamanku...jauh sekali.
Perpisahan ini membuatku sadar bahwa hanya kau lah yang ada di hatiku, tidak ada orang lain yang bisa menggantikanmu.
Tapi mungkin jihyo benar, mungkin aku sudah gila. Aku orang gila yang egois karena menginginkan hal ini. Aku sangat menghancurkan hatimu. Aku telah merusak hubungan kita.
Aku melihat ke langit, bulan terlihat lebih cerah, langit sangat cerah sehingga aku bisa melihat semua bintang.
Akankah itu mengirimkan tangisanku pada dirimu? Bisakah kau mendengarku? Aku sangat berharap bulan dan bintang dapat mengirimkan pesanku padamu bahwa aku sangat merindukanmu.
Aku merindukan kita yang dulu, aku menginginkan hubungan kita seperti dulu lagi. Aku benar-benar ingin mendengar suaramu lagi yang menyenandungkan lagu pengantar tidur untukku.
Apakah ini yang kau rasakan, jeong? Ini sangat menyakitkan, aku minta maaf karena telah menyakitimu seburuk ini.
Aku tahu jihyo dan teman-temanmu yang lainnya akhir-akhir ini membicarakanku. Mereka benar-benar berpikir aku brengsek karena melakukan itu padamu.