Happy reading 💙
•
•
•Aksa melajukan motornya, sambil memikirkan perkataan Laki-laki yang ia ketahui sebagai kakak dari Ara.
"Jadi Ara sebelumnya pernah di bully?" Gumamnya.
Aksa melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Hingga akhirnya sampai pada rumah mewah milik Ayahnya.
Laki-laki itu memarkirkan kembali motornya ke garasi. Ketika ia hendak melangkah masuk, sebuah suara dari dalam rumah mampu menghentikan langkahnya.
Ia kemudian mengintip dari balik pintu, terlihat adik perempuannya yang berusia 14 tahun itu tengah di maki-maki oleh Ibu dari Gilang atau lebih tepatnya Ibu tirinya.
Buru-buru ia memasuki rumahnya ketika Kania sang ibu tiri hendak menampar adik perempuannya.
"Woy jalang!" Sebutan itu mampu membuat Kania terhenti untuk menampar Arsy adiknya.
"A-aksa? Mama bisa jelasin sayang ini gak seperti yang kamu liat" ujar Kania gelagapan.
Laki-laki itu tidak menghiraukan Mama tiri nya, ia memegang tangan sang adik yang tengah tertunduk dan menangis. Kemudian menarik pelan dan membawanya ke kamarnya.
"Sekarang Arsy duduk dulu" ujar Aksa menuntunnya duduk di sofa yang terdapat di kamarnya.
" Arsy coba cerita ke kakak kenapa si jalang itu marahin Arsy ?" Tanya Aksa dengan raut wajah khawatir.
Gadis kecil itu hanya menangis tanpa suara, lalu menggeleng. Jari jemarinya bergerak mengeluarkan sebuah kata per kata.
"Arsy gapapa kok kak, Arsy ngantuk Arsy pengen tidur kak"
Gadis tersebut mengusap air matanya, dengan tatapan teduh Aksa mengusap puncak kepala adik nya. Meski adiknya tidak mau bercerita, ia pastikan Kania akan menerima akibatnya.
"Arsy tidur di sini sama kak Caca, biar kakak tidur di kamar Arsy" ujarnya menatap sepupunya yang tengah tertidur pulas.
Gadis itu mengangguk, lalu memeluk kakaknya sejenak. Aksa adalah satu-satunya keluarga yang paling Arsy sayangi.
Bahkan ketika gadis itu mengadu kepada Ayah kandungnya tentang kekerasan yang di lakukan ibu tirinya itu, Sang Ayah justru lebih percaya dengan Kania.
"Sekarang Arsy tidur, besok kakak ajak jalan-jalan" ujar Aksa tulus.
Gadis itu tersenyum lalu mengangguk antusias, ia menarik selimutnya. Aksa mengecup kening adik tersayangnya itu, lalu beranjak pergi dari kamarnya dan menuju kamar adiknya.
Laki-laki itu duduk di balkon kamar adiknya sambil memandangi langit malam, ia menyesap kopi yang ia bawa dari dapur tadi.
Kemudian Aksa bangkit dan berjalan menuju meja belajar adiknya untuk melihat-lihat. Tiba-tiba netranya menangkap sebuah Buku diary berwarna hitam dengan motif bintang.
Ia mengambil buku tersebut lalu membuka langsung pada bagian tengah yang dibatasi oleh pembatas buku. Laki-laki duduk diatas kursi belajar lalu mulai membaca isi diary tersebut dari bait pertama.
Pagi ini ibu tiri ku pulang dari luar negeri, dia menyuruhku untuk membuatkan kopi. Setelah aku membuatkanya, dia kemudian meminumnya namun tiba-tiba malah menyemburkan kopinya ke lantai. Katanya terlalu manis, padahal aku buat kopi sesuai takaran seperti biasanya.
Dia marah hanya karena masalah itu, aku di siram dengan air kopi yang masih lumayan panas itu, dan mengenai lengan dan perutku. Rasanya sedikit perih, tapi aku bisa menahannya.
Kemudian dia menyuruhku untuk membereskan kamarnya, lalu melipat baju milik ibu tiri ku dan menaruhnya mendalam lemari.
Ketika aku selesai mengerjakan tugas dari ibu tiri ku, dia memarahiku lagi. Katanya lipatannya kurang rapih, dan ada salah satu kancing baju yang terlepas. Dia menyalahkan ku padahal kancing baju itu sudah terlepas sebelum aku membereskannya.
Dia mendorongku hingga membentur meja nakas, lalu kemudian menamparku, rasanya pipi ku perih namun aku bisa menahannya.
Aku ingin mengadu pada kak Aksa, tapi aku tidak ingin kak Aksa khawatir, ketika kak Aksa marah dia benar-benar akan hilang kendali, aku sangat menyayangi nya dia satu-satunya keluarga yang peduli padaku, aku gak ingin dia terluka. Jadi lebih baik aku simpan semuanya terlebih dulu.
Terimakasih Buku karena sudah menampung semua keluh kesah ku.
Air mata Aksa menetes setelah membaca diary milik adiknya. Setelah ini ia benar-benar akan membalas semua perbuatan Kania kepada adiknya. Ia akan mengungkapkan semuanya diwaktu yang tepat, ia juga akan mengumpulkan bukti-bukti kekerasan terhadap adiknya.
Perlahan tapi pasti, Aksa pastikan Kania akan membayar semua perbuatannya termasuk telah membunuh Bunda nya. Hanya Aksa yang tau dalang di balik kematian Bunda nya pada saat itu.
Laki-laki itu menutup buku harian milik adiknya. Ia membaringkan tubuh di kasur sang adik yang bergambar bunga sakura. Aksa menatap langit-langit kamar, tiba-tiba dirinya teringat Ara si gadis bisu.
Ketika melihat gadis itu ia langsung teringat pada adiknya yang juga memiliki kekurangan yaitu tidak bisa bicara alias bisu.
Biasanya siapapun yang mengusik Aksa di sekolah akan berakhir tidak baik. Seperti menjadi bahan Bully an Aksa, namun ketika ia terus memperhatikan Ara, hatinya melemah.
****
Tbc
Terimakasih 💙
Arsy (Wony izone)
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen Fiction[ON GOING] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Amara Calandra, Seorang gadis Yatim Piatu dengan keterbatasan tidak bisa bicara yang mendapat beasiswa di sebuah sekolah swasta elite. Suatu ketika ia bertemu dengan seorang laki-laki bersifat dingin, berwajah da...