21. Lemah!

242 47 7
                                    

Happy reading 💙


N: kalo ada typo tolong ingatkan yaw thank you 💙


"Minggir!" Suara bariton itu menghentikan aksi Bianca, para siswa menyingkir untuk memberikan jalan.

"Aksa?" Gumam Bianca.

Laki-laki itu menghampiri Ara dengan raut wajah datar.

"Berdiri!" Ujarnya dingin, Ara perlahan mendongak menatap Aksa dengan pandangan sayu.

Ara berusaha berdiri dengan susah payah namun tidak bisa, kakinya terasa sangat nyeri dan perih.

Sampai akhirnya Aksa berjongkok menatap Ara, lalu berbisik tepat di telinga gadis itu.

"Lemah!" Bisiknya dengan penuh penekanan.

Telapak tangan Ara terkepal kuat, walaupun kepalanya pening. Dirinya berusaha keras untuk bangkit sambil meringis menahan perih di kakinya. Lukanya terbuka memperlihatkan bagian dalam, membuat siapapun yang melihatnya pasti merasa merinding.

Aksa berdiri, melipat kedua lengannya sambil menatap Ara yang tengah berusaha berdiri tanpa berniat untuk membantu nya. Gadis itu berjalan pelan dengan langkah terseok-seok meninggalkan kerumunan. Aksa mengikuti gadis itu dari belakang sambil memasukan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana.

Laki-laki itu berjalan santai di belakang sambil menatap punggung Ara yang basah. Semua orang yang menyaksikan hal tersebut di buat cengo, pasalnya mereka kira Aksa akan membantu Ara, menggendongnya ala bridal lalu membawanya ke UKS. Namun dugaan mereka salah, Aksa justru membiarkan gadis itu berjalan tertatih dengan darah yang mengucur di betisnya.

"Ara! Kaki Lo!" Seru Gilang yang tiba-tiba datang dari arah berlawanan, ia menghampiri Ara.

" Ayo gue gendong ke UKS!" Pekik nya.

Gadis itu menggeleng, memegangi tembok sambil melanjutkan langkahnya.

" Ara kaki Lo harus cepet di obati!" Ujar Gilang yang mengikuti langkah Ara.

Aksa yang melihat itu langsung menghampiri Gilang, laki-laki itu mendorong kasar adik tiri nya itu.

" Gausah ikut campur!" Ujar Aksa lalu mendorong Gilang dengan kasar.

" Aksa! Dia butuh bantuan, Lo kenapa sih?" Balas Gilang dengan heran.

Ara tak menghiraukan kakak beradik yang tengah berdebat itu, rasa sakit luar biasa pada kakinya membuat air mata Ara menetes.

Dengan tubuh yang terasa remuk, kepala yang terasa berat gadis itu melangkahkan kakinya pelan. Setelah sampai pada ujung koridor, kepalanya benar-benar terasa sangat pusing. Pandangan mulai gelap dan...

Brukk

Gadis itu ambruk seketika, pandangan Aksa dan Gilang melihat ke arah Ara yang tergeletak di ujung koridor. Mereka berlari Secara bersamaan menghampiri Ara.

Dan secara bebarengan pula mereka berusaha membopong tubuh Ara. Hal itu membuat Bianca yang berada di ujung koridor itu mendengus kesal, dan beranjak pergi. Sementara beberapa siswa justru mengabadikan momen tersebut dengan ponselnya masing-masing.

"Biar gue aja!" Ujar Gilang berusaha mengambil alih Ara dari gendongan Aksa.

" Biar gue!" Balas Aksa tak mau kalah, akhirnya Ara berada di gendongan Aksa. Laki-laki itu berjalan dengan langkah lebar menuju UKS.

Gilang diam menatap kepergian Aksa dan Ara yang mulai menjauh.

Aksa menidurkan Ara di bangsal UKS, lalu memanggil dokter yang bertugas di sekolahnya untuk mengobati luka Ara, dan di bantu juga oleh para petugas PMR.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang