11. Hospital

332 56 5
                                    

Happy reading 💙



Part ini mungkin agak garing T_T, typo bertebaran dan MAAF BGT JARANG UP SOALNYA LAGI BANYAK KEGIATAN KAWAND😭😭😭 .

Jangan lupa VOTE Coment yaw. Terimakasih.💙

Laki-laki bermasker itu tidak menghiraukan Ara, ia mendekati Ara sambil menggenggam pisau yang berlumuran darah. Gadis itu perlahan mundur tangannya gemetar.

Prang

Batang besi yang Ara pegang di tendang oleh laki-laki bermasker itu, hingga terjatuh ke tanah. Saat Ara hendak mengambilnya lagi tangannya kalah cepat tubuhnya di tendang hingga tersungkur.

Pria bermasker itu mengayunkan pisaunya ke atas, Namun sebelum itu dari arah belakang. Aksa yang kesusahan berdiri mengambil sebongkah batu dan memukul bagian belakang pria tersebut hingga tergeletak pingsan.

Ara bernafas lega, ia kira hidupnya akan berakhirnya disini. Dengan segera Ara bangkit lalu membantu Aksa berdiri, mereka berjalan keluar gang.

"Sshh arghhhh!" Aksa merintih kesakitan, darah terus mengucur di bagian perutnya.

Ara mendudukan Aksa di kursi yang terletak di depan ruko yang sudah tutup. Ara membuka handphonenya, ternyata mati total. Gadis itu berlari ke trotoar berusaha menghentikannya mobil untuk meminta bantuan.

Satu mobil berhenti dan membuka kaca mobilnya. Ara mengarahkan jari telunjuknya ke arah Aksa.

Pengendara mobil yang paham akan suasana tersebut segera turun dari mobilnya. Dan mereka Aksa yang tengah duduk memegangi perutnya.

"Loh Aksa?!" Pria paruh baya yang mengendarai mobil tersebut tampaknya mengenal Aksa. Dengan segera ia mengangkat tubuh Aksa, sementara Ara membukakan pintu mobil dan membantu Aksa memasuki mobil.

" Kamu ikut nanti jelasin di rumah sakit" ujar pria paruh baya tersebut. Dan langsung menaiki kursi kemudi diikuti Ara yang duduk di sebelah Aksa.

Mobil pria paruh baya itu melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Aksa di bawa menuju UGD dan segera di tangani oleh dokter. Pria paruh baya itu menunggu di luar ruangan bersama Ara.

" Kamu temannya Aksa?" Tanya pria tersebut di balas anggukan oleh Ara.

" Perkenalkan saya Robert Pangestu, Om nya Aksara" ujar pria yang bernama Robert tersebut lalu menyodorkan telapak tangannya.

Ara membalas dengan sopan.

" Sebenarnya apa yang terjadi? Sampai Aksa bisa terluka?"

Ara menggaruk tengkuknya dengan kikuk, ia bingung harus menjelaskan seperti apa. Gadis itu mengeluarkan note mini dan pulpennya. Lalu mulai merangkai kejadian-kejadian yang ia alami tadi.

Sementara pria paruh baya bernama Robert itu mengernyitkan dahinya, bertanya-tanya kenapa bocah dihadapannya malah menulis?

Setelah menulis semuanya Ara memberikan kertas note tersebut kepada Robert.

Dengan kebingungan Robert hanya menerimanya lalu membaca dengan seksama.

Di kertas tersebut Ara menceritakan mulai dari ia pulang kerja, hingga Aksara yang terluka pada bagian perut.

Robert menatap kasian dengan teman keponakannya itu. Ia lalu mengangguk paham rupanya dia mempunyai keterbatasan tidak bisa bicara.

" Saya akan telfon rekan saya buat cek TKP, siapa tau si pelaku masih berada di tempat." Ujarnya, lalu mengambil ponsel dan menelfon rekannya dan menyuruhnya agar memeriksa TKP. Robert juga menelfon adiknya yang notabennya adalah Ayah Aksa.

Setelah menunggu hampir dua jam, Dokter keluar dari ruangan.

" Keluarga Pasien?"

" Saya"

" Lukanya sudah di jahit, beruntung tepat waktu di bawa ke rumah sakit, dan tidak terlalu banyak mengeluarkan darah. Lukanya pun tidak terlalu dalam. Pasien masih belum sadar dan harus beristirahat" jelas sang dokter.

" Terimakasih Dok, saya boleh masuk, untuk melihat keadaannya?"

" Silahkan, tapi mohon jangan ganggu pasien. Kalau begitu saya permisi" ujar sang Dokter diangguki oleh Robert, laki-laki paruh baya itu memasuki ruangan Aksa.

Ia menghela menatap Aksa lalu mendekati bangkar pasien yang Aksa tempati. Robert mengelus puncak kepala keponakannya itu.

Sementara itu di belakang ada Ara yang tengah berdiri, berusaha mencari cara untuk memberi tahu Robert bahwa ia harus pulang.

Gadis menepuk pelan lengan Robert, membuat pria paruh baya itu menoleh.

Jari-jemari Ara bergerak mengisyaratkan dirinya harus pulang.

"Maaf Pak saya harus pulang"

Robert nampak berpikir sejenak, sementara Ara baru sadar ia menggunakan bahasa isyarat tadi, gadis itu keheranan ternyata Pak Robert ini juga paham bahasa isyarat? Apa semua keluarga Aksa bisa berbahasa isyarat?

"Tunggu sebentar mau nggak? Keluarga Aksa sebentar lagi datang kamu nanti diantar keponakan saya, gak baik perempuan pulang sendiri malem-malem" ujar Robert, mau tidak mau Ara mengangguk.

Selang beberapa menit pintu ruangan terbuka, menampilkan dua sosok gadis yang mengenakan baju tidur. Caca dan Arsy, Caca dengan penampilan yang berantakan sesekali dirinya menguap, lalu Arsy yang seperti habis menangis wajahnya pucat sepertinya dilanda kepanikan.

Lalu tiba-tiba dari belakang tampak Gilang yang menyusul sambil terengah-engah.

"Loh Ara?" Ujar Caca memulai pembicaraan.

" Kamu kenal sama dia?" Tanya Robert kepada putrinya.

"Yoi pah dia temen aku yang aku ceritain." Balas Caca lalu merangkul Ara, Robert hanya mengangguk.

Arsy langsung menuju bangkar pasien kakak'nya lalu menggenggam telapak tangan Aksa dengan erat. Sementara Gilang menghampiri Ara dan Caca

"Ra? Kok lu bisa ada disini?" Tanya Gilang.

"Ceritanya panjang Lang"

Gilang mengangguk kemudian menghampiri Arsy yang tengah memeluk tangan Aksa berharap laki-laki itu segera bangun.

"Gilang, kamu anterin Ara gih kasian udah malem." Ujar Robert diangguki oleh Gilang.

"Ayo Ra!"

Gadis itu mengangguk ia bersalaman dengan Robert untuk berpamitan pulang, lalu menghampiri Arsy yang berada di sebelah Aksa. Ia mengelus puncak kepala Gadis kecil itu.

Tidak lupa ia juga berpamitan dengan Caca.

"Dadah!! Ati-ati Raa"ujar Caca dengan volume yang sedikit kencang, membuat nya disentil oleh Robert di bagian bibir.

"Di rumah sakit jangan brisik!" Tegur pria paruh baya itu kepada putrinya.

Caca hanya tersenyum kikuk.

****

Tbc

Jangan lupa VOTE Coment, Terimakasih 💙


AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang