20. Bullying

246 49 10
                                    

Happy reading 💙


N: kalo ada typo ingatkan yaw, thank you.💙



Dengan bujukan Reyhan akhirnya Ara mau untuk di bawa ke rumah sakit. Sepeda milik Ara di titipkan ke warung kopi dekat lokasi tadi. Beruntung luka Ara tidak terlalu parah, kini kaki dan lengannya di perban. Keduanya sudah sampai di rumah dengan selamat.

Reyhan membiarkan adik nya istirahat tanpa membanjiri Ara dengan banyak pertanyaan. Laki-laki itu duduk di sofa kecil, ambil memijat pangkal hidungnya, memikirkan nasib Ara kedepannya.

****

Pagi ini Ara berdebat dengan kakak nya, pasalnya dirinya ingin berangkat sekolah. Namun Reyhan tidak memperbolehkan dirinya karena luka di kaki Ara itu.

"Tapi Ara ada ulangan harian jam pertama"

Mohon Ara, dengan wajah melasnya. Reyhan menghela akhirnya mengangguk pasrah.

"Tapi dengan satu syarat Ara harus dianter Abang!" Ujar Reyhan mengeluarkan jari telunjuknya.

Ara mengangguk, akhirnya setelah berdebat lama gadis itu diperbolehkan berangkat ke sekolah. Reyhan mengantarkan adiknya tepat di depan sekolah, ia berniat menuntun Ara sampai ke kelasnya.

Namun gadis itu menolak, Reyhan pun terpaksa mengiyakan, ia bisa berjalan sendiri walaupun dengan sedikit tertatih.

Gadis itu melambaikan tangannya ke arah Reyhan yang berada di depan gerbang tengah menunggunya memasuki sekolah.

Ara berjalan menyusuri koridor dengan tenang, namun entah apa yang aneh. Seluruh pasang mata menatapnya dengan tatapan jijik.

Ia berusaha mengabaikan nya, sampai ia melihat Caca di kejauhan gadis itu melambaikan tangannya kepada Caca dengan senyum sumringahnya.

Namun hanya ekspresi datar yang terlihat di wajah Caca. Senyum Ara luntur kala Caca tiba-tiba menampar pipinya hingga menggema membuat atensi semua orang tertuju padanya.

Plakk

" Gue gak nyangka Ra! Di depan gue so baik. Nyatanya nggak!" Triak Caca dengan menggebu-gebu.

" Gue nemuin kalung gue di loker Lo! Lo tau betapa berharganya ini?! Ini peninggalan almarhumah Kakak gue!" Triak nya sambil menunjukan kalung dengan bandul kupu-kupu.

Ara terkejut bukan main, ia menggeleng, Jari-jemarinya melambai, bibirnya menggumamkan kalimat.

"Bukan aku yang ngambil"

"Halah boong tuh!" Cletuk Bianca yang tiba-tiba dari arah belakang Caca.

" Dari awal gue udah gak sreg sama ni bocah, sok polos" lanjut Seril.

"Aslinya tukang nyolong hahahaha" ujar Bianca di sertai tawa para siswa yang tengah menonton.

Ara berusaha menjelaskan bahwa bukan ia yang mengambilnya, ia juga tidak tau bagaimana kalung itu bisa ada di lokernya.

Ara hendak menuliskan sesuatu di note nya, namun Bianca merebut note tersebut hingga tali note yang tergantung di leher Ara putus.

Bianca sontak membuang note tersebut dengan kasar.

" Apa mau ngomong apa Lo?!" Ketus Bianca.

" Ups! Lo Bisu, sorry gue lupa" ujar Gea.

Para siswa yang tadinya sibuk dengan kegiatan masing-masing, kini berkumpul hanya untuk mentertawakan Ara.

Caca meninggalkan nya tanpa mengatakan sepatah katapun. Ara hanya menatap nanar punggung temannya yang mulai menjauh.

Baru beberapa Minggu setelah kepindahannya Ara mendapatkan teman baru, namun sekarang dia pergi hanya karena sebuah kesalahpahaman.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang