34. Redup

248 36 2
                                    

Happy reading 💙


Nb: tandai kalau ada typo, arigatou >•<


Rasa sesak kian menjalar di dalam dada Ara. Ketiga temannya ikut menumpahkan air mata, membayangkan betapa menyakitkannya kehilangan seorang keluarga satu-satunya.

Baru beberapa jam yang lalu ia memeluk Reyhan, lantas kenapa secepat itu Reyhan pergi, kenapa mereka berbohong tentang operasi nya.

Ara berada di sebuah ruangan, dimana kakaknya terbaring kaku di tutupi kain berwarna putih. Gadis itu meraba wajah kakak nya, kemudian memeluknya erat, ia begitu histeris.

Ara kemudian mengguncang tubuh Reyhan, berharap laki-laki itu tersadar dari tidurnya. Namun nihil laki-laki itu tetap terbaring kaku.

"Ra udah yok" Aksa berusaha membawa pergi Ara dari ruangan tersebut, namun di tepis oleh Ara. Gadis itu masih memeluk jenazah kakaknya.

Beberapa menit setelahnya, Ara ambruk tak sadarkan diri, sontak membuat Aksa refleks menangkap nya.

Aksa mengangkat tubuh Ara, dan berlari ke ruang tunggu.

****

Satu persatu orang mulai pergi dari pemakaman, namun tidak dengan Ara. Sudah setengah jam gadis itu masih memegang nisan sang kakak sambil terisak di temani Caca, Aksa, dan Cleon.

"Ara, udah yok kita pulang. Kalo kamu nangis nanti kak Reyhan ikut nangis disana" ujar Caca dengan lembut mengusap air mata di pipi Ara.

Caca merangkul Ara, menuntunnya untuk berdiri.

"Biar naik mobil gua aja" ujar Cleon diangguki oleh Caca.

"Gak! Biar gua yang anter pake mobil gua" ujar Aksa tak mau kalah.

"Lo apa-

"Stop!!" Ujar Caca menghentikan perdebatan keduanya sebelum mengarah ke adu jotos, entah apa yang terjadi dengan mereka berdua seperti anak kecil saja.

"Aksa Lo harus jemput adek Lo sekarang, biar Cleon yang anter gua sama Ara" jelas Caca.

Aksa menghela, akhirnya ia mengalah membiarkan mereka pergi menumpaki mobil Cleon.

"Tunggu sebentar!" Ujar Aksa lantang menghentikan langkah ketiga temannya. Ia langsung berlari memeluk Ara, membuat gadis itu sedikit tersentak.

"Gue akan selalu ada buat Lo, gue akan temenin Lo, gue sayang lo" bisiknya tepat di telinga Ara.

Aksa melepaskan pelukannya, lalu mempersilahkan u tuk membawa Ara ke mobil.

Laki-laki itu masih berdiri di tepi jalan, menatap mobil Cleon yang mulai melaju dan menjauh.

Sementara di dalam mobil, Cleon sesekali melirik ke arah kaca spion. Melihat Ara dengan mata sembab nya yang membuat dirinya ikut sesak.

"Yon ke rumah gua dulu ya" Cleon mengangguk.

Caca membawa Ara ke rumahnya untuk sementara waktu, ia akan meminta gadis itu tinggal dengannya. Caca tak mungkin membiarkan temannya seorang diri di rumah, takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan.

Selang beberapa menit akhirnya ketiganya sampai tepat di depan rumah Caca. Gadis itu menuntun Ara untuk turun diikuti Cleon, memasuki rumahnya yang cukup besar itu.

Kedatangan mereka di sambut oleh Robert yaitu Ayah Caca. Pria paruh baya itu mempersilahkan mereka untuk duduk.

Namun Cleon meminta izin untuk pulang terlebih dahulu, karena nenek Cleon ingin di belikan asinan Bogor, mau tak mau ia harus bergegas, karena kalau tidak neneknya akan mendiamkannya, maklum lansia.

"Pah, Ara sementara tinggal disini yah? Caca gak tega biarin Ara sendirian apa lagi dalam kondisi kaya gini" ujar Caca sembari menggenggam erat telapak tangan Ara.

Ara melepaskannya genggaman Caca, gadis itu menggerakkan jari jemari nya.

"Nggak ca, lebih baik aku pulang, aku gak mau merepotkan kamu"

"Apaan si Ra! Kamu itu temen udah kaya sodara buat aku, gaada yang namanya merepotkan. Pokoknya aku gak terima penolakan, kamu harus tinggal disini titik!" Final Caca.

"Betul kata Caca nak, kamu akan kerepotan kalo sendiri. Lebih baik tinggal disini"

"Oiya om kepikiran buat adopsi kamu, apa kamu bersedia?" Ujar Robert, bukan tanpa alasan ia ingin mengadopsi Ara.

Ketika pria paruh baya itu memandang wajah Ara, seketika ingatannya tertuju pada almarhumah adiknya yang beberapa tahun silam meninggal karena kecelakaan, sangat mirip, selain itu ia ingin Caca putrinya mempunyai teman, pria itu bertekad akan membiayai hidup Ara.

Ara masih terdiam memikirkan apa yang Robert katakan.

"Nggak usah terlalu di pikirkan, kalau bersedia langsung sampaikan ke om. Dan kalau butuh sesuatu jangan sungkan untuk bilang, Ca ajak ke kamar gih" ujar Robert sambil mengusap ujung kepala Caca dan Ara.

"Makasih papaaa!" Ujar Caca, lalu menuntun Ara menuju kamarnya.

"Ayok Ra!"

Ara hanya pasif, mengikuti Caca. Entah apa lagi yang harus ia harapkan sekarang, impiannya membangun sebuah cafetaria bersama sang kakak kini telah pupus. Reyhan, laki-laki yang sangat ia sayangi kini pergi ke hadapan sang Ilahi.

Begitu banyak rencana yang akan ia wujudkan bersama sang kakak setelah lulus nanti. Namun semua itu hanyalah sebuah wacana, Tuhan mengambil penglihatannya, juga mengambil kakak nya.

Redup, mungkin itulah kata yang pas untuk kehidupan seorang Amara Calandra.

****

Tbc

JANGAN LUPA VOTE COMENT 😾
Oiyak selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan 🙏

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang