33. Takdir Tuhan

235 37 3
                                    

Maaf huhu telat update, because sangat-sangat sibuk ㅠㅠ.

Semoga gak lupa alur yak, kalo lupa baca ulang xixi.
Thank you.

N: tolong koreksi kalo ada kesalahan, Xie Xie 🌹



Happy reading 💙


Hari ini adalah hari dimana Reyhan melaksanakan operasi pengangkatan tumor di kepalanya. Sebelum melakukan operasi, dalam batin laki-laki itu terus berdo'a agar dirinya berhasil menjalani operasi ini.

Sebelum memasuki ruang operasi Reyhan terlebih dahulu menemui sang adik.

"Ara, sini peluk Abang" ujar Reyhan sambil merentangkan kedua tangannya.

Ara pun meraba udara mencari keberadaan sang kakak, kemudian memeluknya erat.

Beberapa menit kakak beradik itu berpelukan, Reyhan mengeluarkan air mata. Laki-laki itu berusaha semaksimal mungkin agar suaranya tidak terdengar seperti menangis.

" Ara, nanti jangan lupa makan yang banyak. Kalo Abang lagi gak sama Ara, Ara harus bisa jaga diri. Ara boleh kok minta tolong ke Aksa, Caca sama Cleon" jelas Reyhan.

Ara mengangguk, menggenggam erat tangan sang kakak. Reyhan yang tertidur diatas bangsal segera dibawa ke ruang operasi, Ara melepaskan genggamannya dengan sedikit tidak rela.

Sementara Ara menunggu di luar ruangan bersama Aksa, Cleon dan Caca.

Selama masa operasi mereka hanya diam tanpa ada yang memulai pembicaraan.

Ara memilin jari-jarinya, seraya berdo'a agar operasi kakaknya berjalan lancar.

Aksa yang duduk di sebelah Ara kemudian menggenggam telapak tangan Ara yang cukup dingin.

Ara tak bergeming, ia menutup mata seraya berdzikir. Mereka semua tampak khawatir dengan Ara, pasalnya gadis itu hanya tau bahwa kakak nya melakukan operasi kecil.

Dua jam lamanya mereka menunggu tak kunjung selesai. Ara merasa ada yang aneh dengan ini, yang ia tau operasi amandel hanya memakan waktu sekitar 30 menit sampai 1 jam.

Ara menepuk Caca yang berada di samping kirinya.

"Caca kenapa operasi nya lama? Operasi amandel nggak selama ini" tangannya bergerak mengeluarkan kalimat isyarat.

Caca terdiam sebentar memahami bahasa isyarat yang Ara gunakan. Seketika gadis itu gelagapan, bingung harus menjawab apa. Kemudian matanya melirik Aksa dan Cleon seolah meminta bantuan untuk menjawab.

"M-mungkin prosedur baru" ujar Caca.

"Lo belum makan kan Ra? Gue keluar sebentar beli makan" ujar Aksa mengalihkan pembicaraan.

Saat hendak beranjak pergi, tangan Aksa dicekal oleh Ara.

"Abang sakit apa? Jawab jujur!"

Aksa menatap kedua temannya, dengan perasaan sesak ia menggenggam kedua tangan Ara.

"Abang Lo cuma operasi amandel Ra"

Ara melepas genggaman tangan Aksa.

"Bohong! Operasi amandel gak selama ini!" Isyaratnya.

Air mata gadis itu tumpah, bayang-bayang tentang kondisi kakak nya menjalar di pikiran Ara.

Ara ingin berteriak, menangis sekencang-kencangnya tetapi yang ia bisa hanya menangis tanpa suara. Ia juga ingin melihat kakak nya, tetapi yang bisa ia lihat hanyalah kegelapan.

Ada apa sebenarnya, apa yang mereka sembunyikan.

Tangan Aksa tak tinggal diam, ia memeluk tubuh ringkih gadis dihadapannya, mengelus puncak kepala Ara perlahan.

Caca menatap Ara dengan tatapan sendu, begitu juga Cleon. Bayang-bayang dimana dulu ia pernah membully Ara dan menabrak Ara membuat rasa bersalah kian menghantui dirinya.

Namun Ada sedikit rasa sesak ketika melihat Aksa memeluk Ara dengan begitu sayang entah apa itu.

Selang 3 jam lebih lamanya, dokter keluar dari ruang operasi mengenakan pakaian khusus. Dokter tengah berbicara dengan Aksa, sementara Ara tengah melamun ditemani Cleon dan Caca.

Setelah berbicara dengan sang dokter, Aksa berjalan pelan ke arah Ara  sambil menunduk memikirkan kata yang pas untuk ia keluarkan.

"Ara" panggil Aksa, laki-laki berjongkok memegang tangan Ara yang tengah duduk di kursi tunggu.

" Gimana kata dokter?" Cletuk Caca.

"B-bang Reyhan udah gak ada" ujar Aksa dengan nada melemah, laki-laki itu menunduk.

Mereka semua yang ada di sana tercengang, sontak Ara langsung mendorong tubuh Aksa. Gadis itu berdiri meraba udara dan berjalan menuju ruang operasi. Namun Aksa menghentikannya.

Ara berusaha memberontak ia bersi keras berjalan menuju ruang operasi. Namun tenaga Aksa lebih kuat, gadis itu terjatuh lemas.

"Ra!"

Ara masih menangis, semuanya seperti mimpi baginya. Apa mereka semua berbohong?

Keluarga satu-satunya yang ia miliki, kini telah tiada. Lantas untuk apa tuhan membiarkan dirinya hidup.

Kenapa semesta sekejam ini, gadis lemah sepertinya harus menanggung penderitaan besar.

***
Tbc

Thanks for reading.

VOTE COMENT DULU YA AWAS GAK VOTE😾😾

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang