22. Berbagi Luka

240 48 9
                                    

Happy reading 💙


N:kalau ada typo tolong ingatkan yaw thank you 💙





Selang beberapa menit Reyhan melepas pelukannya dan menatap Ara yang tengah menunduk.

"Amara liat mata Abang" ujar Reyhan, gadis itu perlahan mendongak dan menatap kakaknya.

Tangan Reyhan terulur untuk menghapus air mata Ara.

"Kenapa sering bohong sama Abang?" Tanya Reyhan, gadis itu tidak menjawab dan kembali menunduk.

" Liat Abang" Ara kembali mendongak, menatap kakaknya.

"Kita keluarga Ara, kamu satu-satunya keluarga yang Abang punya. Keluarga udah sepatutnya berbagai Luka, apapun yang terjadi Ara harus cerita sama Abang ngerti?" Jelasnya sambil memegang kedua pipi Ara, Gadis itu mengangguk.

Di sisi lain, Aksa berjalan menuju kelasnya untuk menghampiri sepupunya, Caca. Gadis itu terlihat tengah menaruh kepalanya diatas meja sambil memandangi kalung berbandul kupu-kupu pemberian almarhumah kakak nya.

" Cepet minta maaf" ujar Aksa dengan nada dingin, Caca mendongak menatap malas Aksa.

"Ogah" mendengar jawaban dari Caca laki-laki itu menghela.

"Gue tanya, Lo tau dari siapa kalo Ara yang nyuri?"

"Seril yang ngeliat paket mata kepala dia sendiri, katanya dia liat Ara masukin kalung gue ke loker nya. Pas gue buka ternyata bener" ujar Caca.

"Terus Lo percaya gitu aja?"

"Lo gak mikir betapa liciknya mereka? Lo pikir bukti mata kepala gak bisa di manipulasi?" Tanya Aksa bertubi-tubi.

Gadis itu terdiam menunduk menatap kalung yang berada di genggamannya.

" Kenapa diem? Baru sadar Lo habis di hasut?"

" Minta maaf sekarang!" Tukas Aksa.

" Gak mau!!" Ketus Caca, gengsinya terlalu tinggi. Dia kembali meletakkan kepala diatas meja dengan memblakangi Aksa.

Pintu kelas tiba-tiba terbuka lebar menampilkan Reyhan yang tengah menggendong Ara di punggungnya.

Seluruh siswa di kelas memfokuskan pandangannya ke arah Reyhan. Terutama Bianca yang baru saja memasuki kelas.

For your information, SMA Dark Moonlight memulai pelajaran pada pukul 08.10.

Ara menunjuk meja ke arah Caca, Reyhan membawa Ara menuju kursinya. Membantu adiknya untuk duduk.

"Wihh si tukang nyolong sekarang punya babu nih" ujar Bianca yang tiba-tiba menghampiri Ara dan Reyhan. Hal itu membuat Caca tersadar, gadis itu menegakkan kepala dan menoleh mendapati Ara yang sudah berada di sebelahnya dan Reyhan dengan raut wajah menahan amarah.

Reyhan menoleh menatap Bianca tajam.

Deg

Ganteng, batin Bianca. Ia mematung menatap Reyhan.

"Oh jadi ini yang bully adek gue?" Reyhan tersenyum miring, tanpa aba-aba ia langsung menampar pipi Bianca dengan sangat keras.

Plakk

Kepala Bianca menoleh ke samping kiri, ia memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan itu. Reyhan mencengkram rahang Bianca dengan kuat hingga gadis berponi tipis itu meringis.

" Masih untung Lo cewek jadi cuma gue kasih tamparan" ujar Reyhan penuh penekanan.

Sementara Ara berusaha bangkit dari duduknya untuk menghentikan kakak nya. Ia memegang lengan Reyhan agar mau berhenti namun Reyhan tak menghiraukannya.

Bianca terkekeh, menatap Reyhan.

" Adek Lo cuma sampah di sekolah ini! Terus gue harus memperlakukan dia dengan baik gitu? Dia perusak suasana!" Ujar Bianca sambil menunjuk Ara.

Tangan Reyhan mengepal, hendak melayang-layang sebuah tamparan lagi. Namun Ara memegangi lengan Reyhan dengan kuat.

Bersamaan dengan bel yang sudah berbunyi. Akhirnya Reyhan menghembuskan nafasnya kasar. Berbalik menatap Ara.

"Kalo gitu Abang pergi dulu ya?" Ujar Reyhan mengusap kepala sang adik, Gadis itu mengangguk sebagai balasan.

"Abang hati-hati" Reyhan mengangguk ia melambaikan tangannya ke arah Ara.

Bianca berdecak dan memutar bola matanya malas, ia berjalan menuju tempat duduknya karena guru sudah datang. Begitu juga dengan Aksa, laki-laki itu terlebih dahulu mencubit lengan sepupunya untuk segera meminta maaf.

"Aww shh sakit goblok!" Ketus Caca.

"Minta maaf" ujar Aksa singkat, kalau berjalan menuju tempat duduknya.

"Gak mau!"

"Selamat pagi anak-anak! Hari ini kita ulangan ya" ujar Pak Bram selaku guru fisika, pria paruh baya itu antusias langsung membagikan kertas ulangan.

Sementara Ara merasa tidak enak dengan Caca, gadis itu memblakangi nya. Ara menepuk perlahan pundak Caca, namun di tepis.

Ia kemudian menuliskan sesuatu di bukunya untuk menjelaskan semuanya bahwa bukan ia yang mengambil kalung tersebut. Lalu menyodorkan ke meja Caca. Tak ada sautan dari Caca, menoleh pun tidak.

Ara menghela pasrah mungkin nanti istirahat ia akan mencoba meminta maaf.

Diam-diam Caca melirik tulisan yang ada pada buku, hal itu menjadikan perasaan bersalahnya semakin besar kepada Ara.

****

Tbc

Maaf ya kalau banyak kekurangan.

Jangan lupa VOTE Coment Terimakasih 💙

Jangan lupa VOTE Coment Terimakasih 💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reyhan

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang