28. Pengakuan

255 45 16
                                    

Happy reading 💙


N:tolong ingatkan kalo ada typo ya, koreksi kalo saya salah. Thank you 💙




"Lo tunggu disini bentar, gue mau ke toilet" ujar Aksa yang diangguki oleh Ara.

Aksa keluar dari ruangan dan menutup pintu ruangan tersebut. Laki-laki itu berjalan menuju toilet, di tengah perjalanannya pandangan laki-laki itu tertuju dengan seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

Seseorang tersebut memakai celana jeans, jaket dan topi serba hitam. Tak lupa ia juga memakai masker.

Aksa berusaha mengabaikan, laki-laki itu mencoba berpikiran positif mungkin orang itu hendak menjenguk teman atau keluarganya.

Sementara Ara saat ini hanya duduk diam diatas kasur sambil melihat sekeliling. Walau kenyataan hanya kegelapan yang ada dalam penglihatannya.

Suara pintu terbuka dan langkah kaki membuat Ara menoleh ke sumber suara. Itu mungkin Aksa pikir gadis itu.

Langkah kaki tersebut perlahan mendekati Ara. Dengan tiba-tiba orang tersebut mengambil bantal dan langsung menangkup wajah Ara dengan bantal. Orang itu menekan bantal tersebut ke kepala Ara hingga gadis itu kesulitan bernafas.

Ara berusaha memberontak namun tenaganya sangat lemah. Orang itu terus menekan bantal ke kepala Ara.

"Lo harus mati!" Desisnya.

Aksa yang sedari tadi menaruh curiga akhirnya mengurungkan niatnya menuju toilet. Laki-laki itu berbalik menuju ruangan Ara.

Dan betapa terkejutnya ia mendapati seseorang dengan pakaian serba hitam yang ia lihat tadi tengah membekap wajah Ara dengan bantal.

Sontak Aksa langsung menghentikan aksi tersebut. Ia mendorong orang itu hingga tersungkur ke lantai.

"Siapa Lo?!"

Saat Aksa hendak membuka topi orang tersebut, ia justru malah terkena sabetan pisau lipat yang berasal dari orang tersebut. Lengannya terluka dan mengeluarkannya darah, Hoodie nya pun bolong karena terkena pisau.

Laki-laki itu meringis memegangi lengan kanannya. Orang itu langsung kabur melarikan diri.

Aksa  menghampiri Ara yang tengah mengambil pasokan udara, gadis itu merasa sesak.

" Ara Lo gapapa?"

Aksa menangkup pipi Ara, raut wajahnya terlihat khawatir.

"Lo tenang, ada gue disini" Aksa memeluk Ara sesekali tangan bergerak mengelus kepala Ara.

Tubuh Ara yang semula bergetar kini menjadi lebih tenang. Selang beberapa menit, Reyhan datang membuka pintu ruangan tersebut.

"Bang tadi ada yang berusaha nyelakain Ara" ujar Aksa.

Reyhan nampak terkejut mendengar pernyataan Aksa, laki-laki itu langsung menghampiri adiknya.

" Ara gapapa kan? Ada yang sakit??" Gadis itu hanya menggeleng sebagai jawaban.

Tangannya terulur untuk meraba udara mencari keberadaan sang kakak. Reyhan yang peka langsung saja menggenggam tangan sang adik.

"Sa gue bisa minta tolong gak? Jagain Ara sampe gue balik ke sini lagi. Gue ad keperluan yang harus diurus" ujar Reyhan.

"Oke bang, oiya apa perlu terkait kejadian tadi kita laporin polisi aja?" Tanya Aksa.

"Harus, karena ini menyangkut nyawa adek gue, bisa aja orang itu masih berkeliaran dimana-mana"

Aksa mengangguk.

"Nanti gue bikin laporan bang"

"Thanks banget Lo udah bantu gue" Reyhan menepuk pundak Aksa.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang