🎻
Sabtu, 02 September 2023
44. DIA PERGI 2
"Aku mencintaimu setiap hari. Dan sekarang aku akan merindukanmu setiap hari"
-AMORA EDELWEIS-
44. DIA PERGI 2
Senyum yang mengembang tak henti-hentinya luntur sedikit pun, mungkin jika ada orang yang melihat Amora terus tersenyum akan menganggapnya gila atau tidak waras. Di sepanjang koridor Amora semakin tidak sabar untuk bertemu Putrinya untuk pertama kali, ia yakin jika Putrinya mirip sekali dengannya, bukankah dia yang mengandung? Pasti mirip dengannya.
Kedua mata Amora membaca papan nama diatas pintu, seketika jantungnya terpicu sangat cepat saat kedua orang yang sama sekali tidak dikenal olehnya membukakan pintu, mungkin orang yang menjaga Putrinya, pikir Amora. Sasgara yang mendorong kursi roda dibelakangnya masuk mendorong kursi roda itu, membawa sang istri pada inkubator yang dimana terdapat bayi kecil yang terlelap.
Saat keduanya mendekat, kedua mata itu terbuka sempurna, bola mata indah mengkilap dengan bulu mata yang lebat dan lentik seketika membuat Amora maupun Sasgara terpana. Terutama kedua mata Amora sudah menetes, ia tidak bisa berkata-kata lagi, Amora ingin menggendongnya, mendekapnya, memberi Putrinya kehangatan dan mencium pipi gembul itu, terutama ia ingin menyusui Putrinya.
Tanpa mereka sadari, Dokter Kiana datang membuat keduanya menoleh.
"Dok, berikan padaku, aku ingin memeluknya" Ujar Amora dengan pandangan berbinar.
Sasgara melirik kearah Dokter Kiana, seolah meminta jawabnya. Sasgara bingung, bukannya bayinya tidak boleh dikeluarkan dari inkubator?.
"Begini Amora, bayimu memiliki masalah dalam pernafasannya sehingga dia membutuhkan (CPAP), bayimu masih bisa bernapas sendiri namun membutuhkan bantuan" Jeda Dokter Kiana menjelaskan, ia menatap Amora.
"Kamu bisa menggendongnya setelah bayimu bisa bernafas dengan normal, jadi sabar sebentar" Dokter Kiana memberi pengertian pada Amora, ia harap Amora akan mengerti.
Amora yang mendengar itu hatinya seakan diremas-remas, kenapa bisa terjadi pada bayi kecilnya? Padahal ia sudah berusaha untuk melindunginya sekuat tenaga tapi, sepertinya tuhan sangat ingin mengambil bayinya dari dirinya.
Amora menyeka air matanya dan menganggukkan kepalanya lalu berkata "Aku masih bisa memberinya asi kan?"
"Tentu saja, aku akan meminta suster untuk membantumu" Dokter Kiana tersenyum dan pamit pergi.
Setelah Dokter Kiana pergi, Sasgara menarik kursi dan duduk disamping istrinya yang masih setia memandang wajah Putri kecilnya. Sasgara tau pasti Amora merasakan sakit yang sama seperti apa yang ia rasakan saat melihat alat-alat yang terpasang pada tubuh bayi mungilnya, terutama sebuah alat kecil yang masuk kehidung Putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SASGARA (REVISI)
Ficção Adolescente(Sasgara & Amora) 17+⚠️ Bagaimana mungkin kejadian satu malam mampu merubah kehidupan seorang? Sasgara Errian Zilardion. Menghabiskan satu malam yang indah bersama adik sohibnya tak pernah terbayang dalam benaknya. Setelah kejadian satu malam yang...