⁰⁵. lima

4.9K 1.1K 107
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~



Kalian salah jika berpikir 'melawan' adalah cara yang tepat. Oleh karena membantah tadi pagi, lihat apa yang terjadi pada Minji sekarang.

"Keterlaluan!" teriak gadis bercepol itu melirik sekitarnya yang hancur berantakan layaknya kapal pecah.

Kebun yang tadi sudah dia tanami beragam sayuran dan buah-buahan sekarang sudah berkecai tak berbentuk. Segala jenis ulat mengisi tiap sudut kebun, merusakkan semua tanamannya, membuat Minji panik, takut, dan mencak-mencak frustasi.

"Hahaha, rasain!" Jake yang duduk di balkon atas tertawa puas melihat ekspresi Minji, dia melempar kulit pisang yang sudah dia lahap ke arah Minji, untungnya Minji langsung menghindar. Jake merangkul Layla-anjing kesayangan-yang berada di sebelahnya. "Liat tuh, orang gila di bawah lagi marah-marah."

Minji merapatkan rahang. Jake masih tertawa seraya menunjuk dirinya, terus berbicara kepada anjing kesayangannya itu, mengolok-olok dirinya dimana Minji masih dapat mendengar semuanya.

"Malang banget sih nasibnya, gitu emang kalau orang susah."

"Shim Jaeyoon bodoh!" teriak Minji refleks saking kesalnya.

Tawa Jake langsung berubah menjadi gurat tajam. "Sekali lagi lo bilang gue bodoh, tamat riwayat lo!"

Minji menjambak rambutnya frustasi. Dia kembali memendarkan pandangan melihat kondisi sekitar. Sangat-sangat hancur. Dia yang berwenang terhadap kebun itu. Apalagi Tuan Shim yang menyerahkan langsung kepadanya. Jika Tuan Shim tahu akhir dari kebun itu. Dia dalam posisi gawat. Pekerjaannya bisa terancam.

Jake dari atas balkon kembali tertawa dan terus mengoloknya bersama Layla yang juga menatap ke arahnya dengan lidah terjulur ke luar khas anjing bernapas. Lemparan kulit pisang pun tak henti Jake lakukan.

Berusaha sabar, Minji memanggil Pak Rayyan, satpam sekaligus sosok yang jago segalanya di rumah itu. Dengan bantuan beberapa pelayan; Bibi Joy, Kak Yolin, Kak Valen, selama satu setengah jam, kebun itu akhirnya bersih oleh ratusan ulat yang tadinya menggerogoti hampir seisi kebun.

"Fiuh, makasih ya Kakak-Kakak semua," ucap Minji, membungkukkan badannya tanda terima kasih.

"Bukan masalah. Asal kamu jangan bertengkar lagi sama Tuan Jaeyoon. Sampe kapan pun dia nggak akan biarin kamu tenang kalau kamu ngelawan ucapannya."

"Iya, makasih banyak semuanya." Sekali lagi Minji membungkukkan badan. Kak Valen tersenyum sekilas lalu menyusul Kak Yolin yang sudah duluan masuk ke dalam rumah. Sedangkan Bi Joy masih berkutat dengan bibit tanaman, dia membantu Minji menanam ulang semua sayuran.

Menghabiskan waktu tiga jam, apa yang sudah dirusak akhirnya kembali benar. Minji dapat menghela napas lega. Dia duduk di gazebo kayu dekat taman, menenangkan diri dari aktivitas melelahkan. Bi Joy sudah duluan masuk, katanya punya pekerjaan lain. Minji menawarkan bantuan tapi dia menolak. Alhasil sekarang Minji memilih untuk beristirahat sejenak, menikmati sunset keunguan di atas langit.

Musim semi benar-benar menakjubkan. Lihat saja awan yang tampak cerah dan berwarna, mengumbar nuansa manis yang optimis. Sayangnya suasana hati Minji jauh dari gambaran itu.

Minji menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara lamban. Meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Dia harus mengendalikan diri dari segala perkara yang menjadi halangannya. Mulai sekarang dia harus lebih berhati-hati dalam bertindak. Jika hal seperti ini terulang, apalagi jika Tuan atau Nyonya Shim tahu, habis riwayatnya. Walau kebaikan mereka tak diragukan, Minji sebagai pembantu harus mengerahkan yang terbaik, jangan sampai mengecewakan mereka. Dia harus lebih dewasa dalam berpikir, tidak boleh terbawa emosi hanya karena putra mereka itu.

Dealova✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang