¹¹. sebelas

4.3K 1.1K 191
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~


Biasanya kamar Minji hanya diisi kasur kecil, lemari pendek, dan beberapa nakas. Sekarang semuanya dipenuhi dengan puluhan paperbag besar berisi barang-barang yang tidak pernah Minji bayangkan sebelumnya.

"Ini siapa yang letak di sini?" Dia memendarkan pandangan, terkejut. Baru pulang dari mall, ingin berganti pakaian, saat membuka pintu kamar dia sudah disuguhi pemandangan mengejutkan. Dia mengambil salah satu paperbag, mengecek barang-barang di dalamnya.

Itu ... pakaian yang tadi Jake pilih di mall.

Tangan Minji terkepal. Suara mobil menjauh dari pekarangan rumah, Minji memastikan itu adalah Nyonya yang kembali pergi untuk bekerja. Tanpa babibu dia mengeluarkan semua paperbag dari kamarnya ke luar pagar rumah, tepatnya ke tong sampah.

Kesabaran Minji bagai ludes habis, dia sampai tersandung batu saking kesal membuang barang-barang itu. Setelah menelepon truk sampah agar datang, Minji kembali ke kamar, berganti baju dengan pakaian pembantunya.

Selang beberapa menit, ketika sedang mengenakan sepatu, teriakan Jake menggelegar di tiap sudut rumah.

"MINJIIIII!"

Minji tahu itu akan terjadi dan dia sama sekali tidak menyesal. Deru napasnya naik-turun, benar-benar emosi melihat kelakuan Jake.

Setelah memastikan penampilannya sudah kembali bersetelan pelayan, dia mencepol asal rambutnya, keluar dari kamar.

"MINJI SINI LO!" teriakan kembali berdesing.

Dengan emosi yang masih berapi-api Minji keluar dari rumah, menghampiri Jake yang sedang berbincang dengan supir truk sampah.

"Ada apa?" tanya Minji to the point.

"Lo gak tahu terima kasih, ya!" Jake langsung memberi bentakan.

Kening Minji berkerut. "Gak tahu terima kasih apa?"

"Lo liat!" Dia menunjuk paperbag-paperbag yang sebagian sudah diangkut ke atas truk sampah sehingga bercampur dengan sampah lainnya. "Itu barang-barang mahal! Uang jajan gue abis gara-gara beli itu!"

"Loh? Punya anda? Saya gak tahu, soalnya ada di kamar saya."

"Gak denger kata-kata gue?! Itu buat lo!"

Minji melongo. "Buat saya? Tapi untuk apa? Saya gak sanggup nyicil biaya kreditnya tiap bulan."

"GUE BELIIN ITU UNTUK LO! LO GAK HARUS BAYAR TIAP BULAN!" Wajah Jake sampai memerah saking tersulut api membara. Matanya berkilat tajam menghunus Minji.

Masih dengan wajah bingungnya Minji berujar, "Anda beliin saya? Kenapa?"

Jake menunjuk Minji penuh murka. "Itu pemberian gue atas dasar kasihan! Harusnya lo terima baik-baik!'

"Pemberian? Tunggu, saya masih belum ngerti." Alis Minji tetap berkerut, dia menunjuk beberapa paperbag yang tersisa di sebelah trotoar. "Jadi anda ngebeli itu untuk saya atas dasar kasihan?"

"Ternyata bukan cuma harta dan pengetahuan, lo juga miskin attitude! Lo gak mikir betapa mahalnya barang-barang itu. Lo ngebuktiin ke gue kalau orang miskin gak punya sesuatu yang berharga! Derajat atau pola pikirnya sama, dangkal!" Jake menyuruh supir truk menurunkan paperbag-paperbag dari dalam truk. Dia meneriaki nama Valen dan Yolin untuk datang lalu diberikan pada mereka. "Gue minta dari kalian berdua jangan ada yang bantuin cewek bodoh ini lagi! Dia ngerasa udah mampu dan gak butuh apapun! Kalau kalian ngebantu barang sedetik pun, bukan cuma kalian, semua pelayan di rumah itu bakalan gue pecat dan gue pastiin gak akan bisa kerja dimana pun!"

Dealova✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang