¹⁷. tujuhbelas

3.9K 958 140
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~

Entah kenapa belakangan ini-apalagi setelah kejadian kemarin-Jake jadi sering memperhatikan Minji dari jauh. Ketika gadis itu memasak, membersihkan rumah, menyapu halaman, atau melakukan pekerjaan apapun, Jake terus mengamatinya.

Seperti sekarang, Jake sangat bosan mengerjakan tugas, dia meletak pulpennya ke atas buku, berjalan ke arah balkon yang menampilkan langit cerah. Tak sengaja maniknya mendapati Minji sedang mengumpulkan daun-daun kering yang berguguran di halaman rumah.

Cowok itu menumpu kepalanya ke atas penyangga balkon, memperhatikan Minji dari kejauhan penuh ketenangan. Rambut Minji yang selalu dicepol asal membuat anak-anak rambut berterbangan di sekitar wajahnya, sesekali dia berdecak kesal saat angin membawa dedaunan jauh dari jangkauannya.

"Minji!" panggil Jake saat gadis itu tidak kunjung menyadari keberadaannya. Entah Minji termasuk deretan gadis tidak peka atau bagaimana, dia tidak pernah sadar jika Jake mengamatinya.

Si empu nama menoleh sekilas lalu melanjutkan pekerjaannya tanpa terusik sedikit pun. Lagi-lagi Jake dibuat kesal. Kenapa ada manusia sebatu Minji di dunia?

Tanpa mengatakan apa-apa Jake turun ke bawah untuk menghampiri gadis itu. Setiba di bawah, batang hidung Minji sudah menghilang. Jake celingukan kesana-kemari. Dalam hati menggeram. Minji masih belum jengah ternyata.

"MINJII!" teriaknya, tidak kunjung menemukan sosok Minji setelah mencari ke seisi taman.

Hampir tiga menit, akhirnya dia melihat wujud gadis keras kepala itu berada di luar pagar sedang berbicara dengan pemilik rumah depan. Jake langsung berlari menghampirinya.

"Wah, ngerepotin lo aja ngasih gue ini."

"Sama sekali gak ngerepotin, Kak. Kemarin Kakak udah nolongin saya di toserba depan."

"Haha, cuma nganterin lo doang, kok. Lagian ternyata rumah kita depan-depanan."

"Rumah siapa yang depan-depanan?!" Jake menyela seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dia berdiri di sebelah Minji lalu menunjuk Minji dengan ekspresi kesal. "Rumah dia? Sejak kapan rumah gue jadi rumah dia?"

"Kak, sekali lagi makasih banget," ucap Minji tanpa memedulikan Jake.

"Kok lo yang bilang makasih? Kan lo yang ngasih gue kue, harusnya gue yang bilang itu. Ya udah, thanks."

Minji mengulas senyum tipis lalu merundukkan kepala tanda hormat. "Kalau gitu saya pamit duluan." Seketika pupil mata Jake membesar.

"Oh, oke. have a good day, Minji." Cowok putih tinggi berlesung pipi itu melambaikan tangannya pada Minji yang sudah masuk ke dalam pagar rumah.

"Kak Soobin!" Jake hendak merampas paperbag yang tadi diberikan Minji padanya, duluan dielak oleh Soobin.

"Apa lo? Orang kuenya untuk gue."

"Dia itu maid gue! Kenapa bisa-bisanya lo dikasih kue sama dia?! Kalian kenal dimana?!"

"Lah lah, sewot amat kayak ibu-ibu rumpi pinggir jalan. Emangnya kenapa kalau maid lo ngasih kue ke gue? Itung-itung menjaga hubungan baik antar tetangga. Lagian, kok gue baru tahu dia kerja di tempat lo? Cantik lagi."

Dengan sengaja Jake menendang tulang kering Soobin hingga cowok itu mengumpat dan mengaduh kesakitan sambil meloncat-loncat. Memanfaatkan situasi, Jake langsung merampas paperbag di lengan Soobin dan berlari memasuki pagar rumahnya.

Dealova✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang