Jangan lupa vote sebelum membaca ya chingu🌻
Ini penting banget, ayuk vote yuk🌹
~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~
Hampir seminggu Minji bekerja sebagai 'pelayan' Jake. Selama itu pula kehidupannya seperti berada di neraka. Cowok itu tidak pernah membiarkan Minji beristirahat, terus menyuruh dan bercoletah banyak hal. Padahal seharusnya Minji tidak harus menuruti setiap perintahnya. Dia hanya menjadi 'sosok kepercayaan' Nyonya untuk mengawasi Jake, bukan menjadi babunya. Tapi setiap kali Minji menolak, Jake semakin gencar mengganggunya.
Ini kesalahan Minji. Dia sendiri yang menyetujui kesepakatan itu pada Nyonya Shim. Rasakan sendiri serangan bertubi-tubi dari Jake.
Sekarang Minji begitu lelah. Sehabis membersihkan seisi mobil Jake, gadis itu mendudukkan dirinya di bawah pohon rindang, mengusap peluh keringat yang mengucur.
Baru saja dia hendak meneguk minuman, kemunculan Jake dari pintu belakang membuatnya berdecak kesal. Jake itu ... seperti tidak punya waktu selain meracaunya. Minji tidak habis pikir, selama seminggu ini Jake tidak memberikan waktu istirahat untuknya. Selalu mengganggu dan mengganggu.
Minji membuang mukanya ke arah lain saat cowok itu berdiri menjulang di hadapannya. "Dari tadi gue panggilin lo. Telinga lo gak berfungsi makanya gak nyahut?"
Tangan Minji terkepal, dia mendongak membalas tatapan Jake. Sungguh demi apapun, Minji tidak tahan lagi berdekatan dengan cowok itu. "Tuan Jaeyoon yang terhormat, saya mohon, jangan ganggu waktu istirahat saya. Atau—"
"Atau apa?" Dagu Jake terangkat tinggi. Dia sangat senang menyulut emosi Minji.
Minji berusaha tenang. Dia meneguk salivanya sebelum amarahnya meledak. Dia mendongak lagi untuk menatap Jake sambil mengulas senyum tipis. "Ya? Anda butuh sesuatu?"
Jake berdecih. Dia ikut duduk bersila di depan Minji. "Gue bicara ke lo itu baik-baik. Lo malah nyolot. Biasain sopan dikit ke majikan!" Dia membuka buku tulis yang dia bawa, kemudian menunjukkan pada Minji.
"Tadi di sekolah, ada tugas sastra, disuruh ngarang salah satu momen masa kecil yang bahagia. Menurut lo apa yang perlu gue tulis?" Bolpoin yang dia genggam dia ketuk-ketuk ke halaman buku yang kosong, belum ada tinta sedikit pun.
Alis Minji tertaut. "Kenapa tanya ke saya?"
Dia mengangkat alisnya. "Lo maid gue, kan? Gue berhak nanya apa aja ke lo."
"Anda sendiri yang alami masa kecil anda. Saya gak tahu sama sekali."
"Gue juga tahu, tapi gue gak punya momen bahagia. Jadi, menurut lo apa yang harus gue tulis?"
Mata Minji menyipit. Dia sangat heran dengan pola pikir Jake. Tapi, terserah. Sebelum cowok itu semakin berisik, dia mengambil alih bolpoin dan memandang halaman kosong itu seolah-olah sedang berpikir. Hingga dia mendapat ide, dia pun menulisnya di sana. Jake juga melihat apa yang akan Minji tulis, tapi perhatiannya teralih oleh wajah Minji yang begitu serius menulis.
Angin menerbangkan anak-anak rambut Minji yang sedikit berantakan. Rambut Minji selalu dicepol, tidak pernah digerai. Tapi ada banyak anak rambut yang keluar dari cepolannya. Bisa dibilang rambutnya itu lebih sering acak-acakan, tapi terlihat cocok untuk Minji.
Dari jarak setengah meter, Jake memperhatikan wajah Minji yang masih fokus menulis. Wajah itu tidak semulus Chery atau gadis lainnya, tapi Minji memiliki ciri khas tersendiri, putih alami tanpa polesan makeup atau bedak. Kelopak mata yang memiliki lipatan kecil, iris abu pekat, hidung mancung yang sering memerah karena kepanasan, dan bibir tipisnya merah muda. Wajah itu biasa-biasa saja, diciptakan natural namun terlihat cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dealova✓
FanfictionShim Jake, cowok jenius yang paling perfeksionis dalam segala hal. Cerdas, tampan, dan keras kepala. Sifat angkuh dan kenakalannya menjadi nilai minus dari dirinya. Kim Minji, gadis berusia 17 tahun yang menjadi pembantu di rumah keluarga Shim. Dia...