¹⁹. sembilanbelas

3.9K 929 73
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca ya chingu🌻

Ini penting banget, ayuk vote yuk🌹

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~




Minji menyiapkan sarapan dengan cepat, dia punya janji temu dengan Valen di toserba, membantunya berbelanja mengingat besok sudah memasuki bulan baru. Banyak yang perlu dibeli dan mereka berdua sudah ditugaskan membeli semua kebutuhan rumah. Setelah berpamitan pada Bi Yeri dan lainnya, Minji langsung melepas apronnya kemudian mengambil selempangnya di kamar.

Baru keluar dari kamar, kening Minji langsung menabrak dada seseorang. Gadis itu akan terdorong ke belakang tapi kedua pundaknya lebih dulu dipegang.

"Makanya jalan tuh liat-liat, udah tahu ada orang ganteng di depan," tukas Jake. Sontak Minji menepis dua lengan di pundaknya. "Eh eh, lo mau kemana?" Tali selempang Minji ditarik ketika hendak pergi.

"Ke toserba." Dia menepis lengan Jake dan bergegas pergi sebelum Valen menunggu lebih lama.

Sudah dipastikan Jake mengikuti langkahnya. "Ngapain ke toserba? Mau ketemu Kak Soobin, gitu? Mentang-mentang di sini gak gue izinin ketemu?"

"Ck, bukan." Sesampai di pintu luar, Minji berjalan cepat menuju gerbang, tapi Jake menghadang langkahnya dari depan.

"Terus ngapain? Cari cowok tajir selain gue?"

Wajah Minji mendatar. "Anda cerdas, kan? Kira-kira orang ke toserba ngapain? Nyanyi? Creambath? Pedicure?"

"Belanja!" hardik Jake.

"Ya udah!" Minji keluar dari gerbang, celingukan kesana-kemari mencari taksi. Sejenak Jake terdiam lalu berlari memasuki rumah mengambil ranselnya.

"Bareng gue aja gimana?" Jake pikir dia akan terlihat keren dan gentle jika menawarkan itu. Tidak sama sekali. Minji mengeluarkan ponsel, memesan taksi online. "Gue bilang bareng gue!" Dia merebut ponsel Minji tanpa izin.

"Saya bisa sendiri, Tuan." Minji berusaha sabar. "Kembalikan ponsel saya."

"Kenapa? Gue sekalian ke sekolah, lo dianter supir gue ke toserba."

"Gak usah." Minji bukan gadis pengertian, dia cukup keras kepala di beberapa situasi, seperti sekarang.

"Jangan ngeyel, gue tetep paksa lo ikut sekali pun lo nolak ribuan kali." Tanpa izin dia menarik lengan Minji menuju mobil Fortuner miliknya, memaksanya masuk walau Minji menolak berulang kali.

"Kak Valen udah nungguin saya di sana."

"Justru itu, kalau bareng gue kan makin cepet." Jake sudah duduk di sebelah Minji setelah menyuruh supirnya masuk ke mobil dengan cepat agar bisa mengunci semua pintu.

"Tapi saya...." Minji kehilangan kata-kata. "Saya bisa sendiri!"

"Stop!" Jake melotot ke arahnya. "Gak usah bicara lagi! Pak, jalan sekarang!"

Pak supir mengangguk dan menjalankan mobil keluar dari pekarangan rumah. Minji tidak punya pilihan selain berdiam diri di sebelah Jake yang bercerita tentang semua isi mobilnya. Lagi, kebiasaan pamernya muncul. Menunjukkan barang-barang mahal miliknya yang ada di mobil. Terserah apa yang dia lakukan, Minji tetap termenung tanpa mendengarkan. Hingga lamunannya buyar kala mobil memasuki kawasan sekolah yang ramai.

Seperti bermain di taman bunga namun tersengat lebah, hatinya terasa membengkak, sakit. Terakhir kali dia sekolah saat SD, dia masih ingat jelas masa-masa sekolahnya yang sangat dia sukai. Minji suka belajar, pelajaran kesukaannya dulu matematika dan bahasa inggris. Tapi semua kebahagiaan itu hancur-lebur ketika dia harus mencari uang di usianya yang masih 12 tahun karena ditinggal ayah kandungnya sendiri, membiayai kehidupan Ibu dan adiknya. Jangan salahkan Minji bila sekarang dia menjadi gadis bodoh tidak terpelajar.

Dealova✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang