²⁷. duapuluh tujuh

3.1K 781 82
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca ya chingu🌻

Ini penting banget, ayuk vote yuk🌹

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~



"Dasar wanita jalang!" Pria paruh baya yang tampak mabuk dan sedang memegang botol wine di genggamannya baru saja menendang seorang wanita yang merupakan istrinya sendiri secara abis-abisan.

"Jangan," Minji menarik lengan pria itu, berusaha menghentikan aksinya memukuli wanita itu.

"Lepas!" Dia mendorong Minji kasar sampai kening Minji terbentur ke tembok hingga berdarah. Kemudian lanjut memukuli istrinya.

"Kakak ...," isak anak perempuan berusia lima tahun, dia akan berjalan menghampiri Minji yang ada di seberang pembatas dinding.

Sontak Minji berlari menuju adiknya itu ketika sang Ayah melempar botol wine ke lantai hingga kacanya berserakan di mana-mana, belingnya mengenai kedua kaki Minji sampai berdarah. Bahkan dia tidak memedulikan pelipisnya yang mengalirkan darah segar.

"Kakak," isak anak perempuan itu lagi—Rara.

Minji memeluk Rara, berusaha menenangkan anak perempuan itu walau rasa pusing menyerbunya. Dia mendongak dan langsung berpindah ke hadapan sang Ibu yang berada di hadapannya, melindunginya dari serangan pria paruh baya itu. Mau tidak mau Minji yang terkena sasaran empuk pria itu, dia yang ditendang abis-abisan seperti seekor anjing tengah jalanan.

Cairan bening menitik dari pelupuk Minji, merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Tapi dia tidak menyerah, terus melindungi tubuh Ibunya dari babak belur yang menyeramkan. Bahkan Ibunya sudah tidak sadar lagi karena hajaran sebelumnya.

"Kakak," Rara terisak lagi. Dia akan menghampiri Minji tapi Minji langsung menggeleng lirih.

Pria itu meludah sembarangan usai melampiaskan emosinya. Dia menatap wanita itu dan Minji yang sudah babak belur atas perbuatannya. Padahal, Minji merupakan darah dagingnya sendiri. "Sialan! Selama lima tahun ditinggal, kalian malah hidup bahagia? Hidup bahagia sama anak jalang itu?!" tunjuknya ke arah Rara. "Brengsek! Jalang kayak kalian bisa hidup tenang? Kurang ajar! Gara-gara anak ini? Anak ini?!" Dia akan menghampiri Rara, membuat Minji berlari cepat memeluk Rara.

"Minggir!" bentaknya.

Minji langsung menyembunyi adiknya itu ke balik tubuhnya.

"Minggir saya bilang!"

"Jangan sakiti adik saya!" teriak Minji, memberanikan diri.

"Adik?" Pria itu berdecih. "Dia itu anak jalang, Minji! Dengar Papa, kamu ikut Papa dan tinggalin dua manusia jalang ini!"

"Berhenti bicara buruk tentang adik saya!" Minji berteriak lagi dengan suara tercekat. Dia menahan ketakutannya berhadapan dengan sosok bertubuh tegap yang merupakan Ayah kandungnya sendiri. "Anda nggak berhak ngelakuin ini ke saya atau keluarga saya! Anda bukan siapa-siapa! Anda tiba-tiba muncul dan ngelakuin kekerasan?! Saya bakal laporin anda ke polisi! Saya bakal laporin!" Isakannya tertahan, tapi air matanya tidak bisa berbohong.

Pria itu terdiam sejenak dan kembali memukuli Minji. "Dasar sialan!"

Sontak Minji terbangun, deru napasnya memburu, keringatnya mengucur di pelipis. Dia melirik sekitarnya. Kamar. Air matanya langsung terjun. Dia menangis terisak sambil membekap bibirnya sendiri. Mimpi itu menghampirinya lagi. Menghantuinya lagi. Gadis itu menggeleng dan terus menangis.

Kehidupan sederhana yang pernah dia rasakan, sosok Ayah yang pernah dia banggakan, semuanya berubah menjadi mimpi buruk setelah Ibunya mengalami hal buruk, di mana dia mengandung Rara, anak yang tidak seharusnya ada. Ayahnya tidak mau menerima mereka lagi, dia pergi menyisakan luka dan beban yang sangat berat. Menjelang lima tahun, setelah perjuangan yang sangat berat, entah mengapa dia datang lagi, menghancurkan semuanya. Membawa Ibu dan Rara pergi. Tidak ada yang tersisa. Hanya Minji seorang.

Dealova✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang