Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻
~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~
"Gimana penampilan gue?"
Sorot wajah Minji hanya datar saat Jake berkacak pinggang dengan penampilan 'serba hitam' nya. Kemeja hitam, celana hitam, sepatu hitam, arloji hitam, kacamata hitam, untung kulitnya tidak hitam.
"Bagus," jawab Minji seadanya.
"Bagus doang?! Keren kek, ganteng kek."
"Keren, ganteng." Minji tidak ingin repot, mengatakan apa yang Jake mau.
Jake menaikkan kacamata hitamnya ke atas rambut kemudian menyipitkan mata. "Lo masih sakit?"
"Enggak. Tapi saya harus nyelesain pekerjaan saya." Hari ini Minji punya banyak pekerjaan baru yaitu membersihkan plafon rumah, mengelap kaca, memberi makan ikan, mengumpulkan dedaunan, memotong ranting pohon, dan banyak lagi.
Sesuai permintaan Jake semalam, dia harus ke kamar cowok itu pukul 6 tepat. Minji sudah berada di kamarnya dan dia sudah menduga perintah cowok itu tidak pernah penting. Benar saja. Dia hanya disuruh menilai penampilannya.
"Tinggalin semua kerjaan lo, lo di sini temenin gue."
Kedua alis Minji bertautan. Tidakkah Jake berpikir dengan perkataannya barusan?
"Ada yang mau saya nilai lagi? Kalau gak ada, saya turun ke bawah."
"Masih ada. Banyak." Dia menunjuk ke ruangan lemarinya. Yang artinya cowok itu akan memakai semuanya dan Minji menilainya.
Desisannya keluar. "Ngapain anda pakai semua baju sendiri? Dan lagi, ini bukan urusan saya. Pekerjaan saya cuma urusan rumah."
"Urusan rumah, kan? Gue pemilik rumah ini. Udah, gak usah ngebantah, duduk di situ. Lagian baju-baju yang lo rusakin kemarin belum lo ganti. Anggap aja ini tebusannya."
Tidak ada yang bisa Minji lakukan selain menuruti perintahnya. Walau sangat kesal, Minji mendudukkan diri di salah satu sofa lalu menonton apa yang Jake lakukan.
"Yang ini bagus?" Dia meletakkan baju khas pantai ke hadapan tubuhnya.
"Bagus banget," ucap Minji ogah-ogahan.
"Yang ini?" Kali ini baju karate.
Serba hitam, khas pantai, karate, Minji menduga Jake sempat mengidap penyakit kejiwaan.
"Keren." Hanya satu kata itu yang Minji keluarkan agar aktivitas ini cepat selesai.
"Jawabnya yang niat, dong!"
"Keren banget, Tuan Shim Jaeyoon yang terhormat."
"Nah gitu." Dia menunjukkan semua isi lemarinya. Baik itu pakaian, jam tangan, dasi, kalung, gelang, sepatu, semua yang dia koleksi. Entah apa tujuannya, satu yang terbesit dalam pikiran Minji. Pamer.
"Nanti sore gue diajak ke mall sama Mama. Gue harus tahu semua merek barang yang gue punya."
"Lalu? Kenapa saya harus di sini?"
"Tadi udah gue bilang kan alesannya?" Jake mendengus sejenak lalu menunjuk dua jenis sneakers berwarna putih. "Lebih bagus mana?" Sneakers yang dulu sangat Minji inginkan namun tidak sanggup dia beli.
Dengan getir Minji menunjuk sebelah kanan.
"Oke, lo boleh pergi."
Lihat, betapa menyebalkannya seorang Jake. Sebelum cowok itu berulah lagi, Minji segera beranjak dan mengerjakan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dealova✓
FanfictionShim Jake, cowok jenius yang paling perfeksionis dalam segala hal. Cerdas, tampan, dan keras kepala. Sifat angkuh dan kenakalannya menjadi nilai minus dari dirinya. Kim Minji, gadis berusia 17 tahun yang menjadi pembantu di rumah keluarga Shim. Dia...