³⁶. tigapuluh enam

4.7K 758 97
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca ya chingu🌻

Ini penting banget, ayuk vote yuk🌹

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~




Kedua remaja itu sudah berada di dalam kamar. Menerobos masuk lewat pintu belakang dan sampai di kamar tanpa ketahuan.

Jake merebahkan tubuhnya ke kasur, menghirup aromanya yang mulai dia rindukan akibat terlalu banyak menghirup asap kendaraan.

Saat Minji akan pergi, Jake langsung bangkit lagi.

"Mau kemana?"

"Kemana lagi ya kamar saya."

"Oh." Dia mangut-mangut. "Mau ganti baju?"

Merasa pertanyaan itu tidak butuh jawaban, Minji diam saja.

"Balik ke sini lagi, kan?"

"Untuk apa?" Dia melirik jam dinding. "Udah hampir jam sebelas, saya langsung istirahat di kamar."

"Kalau gitu gue yang ke kamar lo." Jake melepas hoodie-nya menyisakan kaos hitam kemudian memasang hoodie lain berwarna putih.

"Ngapain ke kamar saya? Kalau anda butuh sesuatu saya siapkan."

"Nggak, gue cuma laper. Ayo." Dia menarik lengan Minji menuju dapur. Dia membuka kulkas, mengambil susu kotak dan menuangkannya ke gelas. "Sana ganti baju lo."

"Terus?" Alis Minji tertaut.

"Temenin gue makan. Udah gak usah banyak tanya." Dia mengenakan apron, mengeluarkan bahan-bahan masakan.

Minji menghela napas, sampai kapan pun dia tidak paham pola pikir Jake. Mereka sudah makan sebelumnya tapi dia mengatakan lapar? Aneh sekali.

Tidak sampai lima menit Minji sudah kembali ke sebelah Jake, membantu cowok itu memasak. Mereka sama-sama berkutat dengan bahan masakan, Jake yang menyiapkan bumbu sedangkan Minji menyiapkan wajan.

"Perasaan anda gimana?" Minji membuka percakapan saat sedang menuang minyak ke teflon.

"Perasaan apa?"

"Saya bawa ke tempat tadi, jadi lebih baik atau sebaliknya?"

"Sebenernya agak nyebelin, tapi karena ada lo, dan karena lo yang bawa, perasaan gue jauh lebih baik dari sebelumnya." Cowok itu tersenyum selagi memotong paprika.

Minji meliriknya. "Oh, ya? Saya juga ikut senang kalau anda senang."

"Lo seneng kalau gue seneng?"

"Iya."

"Iya?" Mata Jake berbinar. "Jadi kalau gue sedih, lo ikut sedih?"

Dia mengangguk. "Kenapa enggak? Makanya anda harus selalu senang."

Jake tidak bisa menahan senyumnya. Saat memotong bahan-bahan dia masih tersenyum, tidak sadar Minji sudah berdiri di sebelahnya.

"Kenapa?" tanya Minji, membuyarkan lamunan Jake yang langsung menoleh.

"Ah, enggak. Tiba-tiba gue keinget dongeng yang pernah lo buat."

"Oh, yang peran utamanya Layla itu?"

"Hu'um." Cowok itu mengangguk sambil masih tersenyum.

Mereka melanjutkan aktivitas memasak hingga semuanya selesai.

Mereka menyimpan semua bahan-bahan masakan ke kulkas, Jake merunduk ke bawah menyimpan paprika, ketika dia menegakkan tubuh, tak sengaja kepala belakangnya membentur kening Minji yang sedang membuka freezer.

Dealova✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang