³³. tigapuluh tiga

3.2K 808 343
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca ya chingu🌻

Ini penting banget, ayuk vote yuk🌹

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~



Minji terbangun dengan napas terengah-engah, pandangan pertama yang dia lihat adalah Jake duduk di sebelahnya sambil melipat origami.

"Ckckck, akhirnya bangun juga lo." Jake menghentikan kegiatannya, berkacak pinggang.

Sontak Minji mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk. "Saya ... kenapa tidur di sini?" Dia memendarkan pandangan.

"Kenapa apanya? Ini kamar lo sendiri."

"Iya, tapi—" Minji menyentuh bibirnya yang terasa perih dan membengkak, bibir bawahnya juga terasa sakit, dia melirik Jake lagi.

Sontak Jake mengulum bibirnya sendiri seraya membuang muka menghindari tatapan Minji, dalam hati dia berharap Minji tidak mengingat kejadian tadi. Jika iya, tamat riwayatnya di tangan gadis menyeramkan itu.

"Anda kenapa masih di sini?" Dia melirik jam dinding. "Udah jam tujuh malem."

"Gara-gara lo gue nggak bisa pergi. Nih, origami lo udah gue selesain."

Kumpulan origami berbentuk bunga diberikan pada Minji. "Kenapa repot-repot?"

"Nggak ngerepotin, cuma nyusahin doang. Ya udah, nih. Awas lo buang, kalau lo buang gue bongkar semua barang-barang lo di lemari."

Minji hanya mengangguk. Jake ikut mengangguk lalu beranjak pergi dari kamar itu, meninggalkan Minji terdiam di tempat. Sebelum pergi, Jake sempat memberi pesan pada Minji, datang ke dapur untuk makan malam bersamanya.

Sepergian Jake, Minji kembali termenung, dia baru saja memimpikan sesuatu yang tidak masuk akal bersama Jake.

Dia menganggap Jake adalah Rara kemudian mengatakan hal-hal tidak berguna.

Rara, Mama aku sama Papa kamu udah menikah, kita sekarang saudara. Ada ikatan darah di antara kita.

Dia menggeleng cepat, mengenyahkan mimpi aneh itu. Lagipula itu hanya mimpi, bukan Minji yang mengendalikannya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Mengambil handuk bersiap membersihkan diri, dia melangkah mendekati kamar mandi, tapi perhatiannya teralih oleh sesuatu di sudut dinding, dia memeriksanya.

Sebuah gumpalan origami. Minji sangat ingat di dalam mimpi pernah melempar gumpalan itu ke sudut dinding. Lantas....

Dia terdiam.

Tidak ingin ambil pusing, Minji membuang gumpalan itu ke tong sampah lalu melanjutkan langkah.

Di depan cermin dia menatap pantulan dirinya. Ada yang aneh, bibirnya sedikit bengkak. Alisnya berkerut tidak mengerti, dia merasa tidak pernah mengonsumsi makanan beralergi. Lalu mengapa bibirnya seperti itu?

Sangat aneh.

°°°

"Kayaknya ada serangga di kasur saya."

Jake terbatuk-batuk mendengar celetukan mendadak dari Minji, dia menepuk-nepuk dadanya lalu meneguk air mineral dengan cepat, nyaris saja sepotong daging masuk ke kerongkongannya.

"K-kenapa lo bilang gitu?" Dia masih terbatuk-batuk.

Meski sudah berusaha melupakan, Minji merasa bibirnya sedikit keram dan perih, dia tidak bisa melupakan dan pura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Anda yang ngelakuin, kan?" tuding Minji tiba-tiba membuat Jake melotot dan membekap bibirnya sendiri yang dipenuhi makanan.

"Ngelakuin apa?"

Dealova✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang