²⁸. duapuluh delapan

2.9K 834 330
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca ya chingu🌻

Ini penting banget, ayuk vote yuk🌹

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~



Jake menghentikan kunyahannya mendengar berita tidak terduga dari supirnya. "Perusahaan Mama bermasalah?" Dia terdiam sambil meremat sendok dan garpu di genggamannya. "Mama ada di mana sekarang?"

"Nyonya lagi di kantor, Tuan. Mengurus hal-hal yang diperlukan di sana. Sebenarnya saya kurang tahu soal ini. Saya nerima pesan singkat dari Nyonya yang mengatakan perusahaan lagi bermasalah. Dia berpesan, lebih baik Tuan jangan ke sekolah dulu." Pria paruh baya yang sudah menjadi supirnya sejak kecil itu menjawab sopan.

Para pembantu yang berdiri di sebelah meja makan tampak kaget mendengar berita tersebut. Kecemasan menghampiri mereka memikirkan kondisi para majikan mereka.

"Ah, Tuan." Sang Supir berbicara lagi. "Nyonya bilang hal ini tidak perlu diberitahu ke anda, tapi akan saya beritahu. Sebenarnya beberapa sistem di perusahaan sudah diretas."

"Kok bisa?" Para pembantu malah menyahut, lebih kaget dari sebelumnya. "Bukannya perusahaan Nyonya ketat banget?"

"Benar, Sungjae bilang perusahaan elektronik secanggih itu nggak akan bisa diretas, apalagi sistem mereka benar-benar ketat dan nggak diketahui banyak orang selain pegawai di sana. Ini jelas aneh dan mustahil," bisik salah satu pembantu sembari menyebutkan nama puteranya yang bekerja di Perusahaan tersebut.

"Apa mungkin pegawai di sana yang melakukannya? Kamu bilang sistem mereka benar-benar ketat? Mungkin dilakukan orang dalam. Ah, bagaimana kalau sampai bangkrut? Nyonya—" Para pembantu itu terus berbisik-bisik.

BRAK!

Mereka terlonjak tatkala Jake menggebrak meja dengan keras sampai beberapa makanan tumpah mengotori taplak meja. Para pelayan itu langsung berdiri di tempat semula dan tidak lagi bergosip.

Tanpa mengatakan apa pun Jake beranjak sebelum menghabiskan sarapannya. Langkahnya mengarah ke lobi kosong sebelah dapur yang menembus langsung ke halaman belakang. Cowok itu duduk di gazebo yang menampilkan pemandangan langit cerah.

Seragam sekolah melekat di tubuhnya. Tadi dia akan pergi sekolah, tapi sepertinya akan tetap di rumah.

Dia termenung memikirkan kata-kata yang dilontarkan Pak Supir tadi. Seumur hidup, Jake tidak pernah mendengar kabar tersebut. Setelah bertahun-tahun, dia kembali duduk menyendiri sambil terdiam seperti dirinya dulu, tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Tidak mengatakan apa pun dalam dirinya, hanya berpikir secara kosong.

Berselang sepuluh menit, tidak sengaja maniknya bertubrukan dengan manik Minji yang baru memasuki kawasan rumah. Gadis itu baru kembali dari supermarket membeli camilan Jake. Langkah Minji sempat terhenti menyadari sorot Jake tidak seperti biasa.

Mereka saling melempar tatapan beberapa detik, setelah itu Minji melanjutkan langkahnya mendekati Jake. Sedangkan cowok itu masih terus memandang Minji. Tanpa mengatakan sesuatu, Minji ikut duduk lesehan di sebelah Jake. Sejenak keheningan mengambil alih, Jake sudah meluruskan pandangannya ke depan.

Minji tahu alasan Jake seperti itu. Tentu dia sudah mendengar kabar perusahaan. Yang merupakan ulahnya sendiri.

Dia mengeluarkan dua bungkus es krim dari paperbag belanjaannya.

"Anda punya masalah?" Dia menyodorkan es krim corong yang sudah dia buka bungkusnya kepada Jake.

Cowok itu melirik lalu menerimanya. Tapi dia tidak menjawab pertanyaan Minji. Tatapannya tertuju ke depan, memancarkan kekosongan. Minji terdiam memperhatikan sorot itu.

Dealova✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang