¹⁴. empatbelas

4.7K 1K 160
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~



Jake sekarang sedang memandikan Layla di bathup menggunakan air hangat, sabun cair mahal, alat penggosok berkualitas, dan kacamata renang. Ya, Layla mengenakan kacamata renang. Jake terus memandikan anjingnya itu sambil tersenyum sepenuh hati.

Tidak ada masalah dengan memandikan anjingnya itu, masalahnya Minji yang disuruh membawakan semua barang yang dibutuhkan. Seperti sekarang, dengan kesal Minji melempar handuk yang baru dia bawa ke atas kloset.

"Woi, jangan diletak di situ!"

Minji mendengus kemudian mengambilnya.

"Ambil yang baru! Enak aja Layla pake handuk bekas kloset."

Dengan kesabaran ekstra Minji keluar dari kamar mandi. Dia tidak datang lagi, lebih memilih duduk untuk menenangkan diri. Tadi dia sedang membereskan kaca depan, tiba-tiba Jake berteriak membuatnya kaget sehingga seragamnya di bagian lengan robek karena tergores paku. Belum sempat mengganti, Jake berteriak menyuruhnya mengambil semua keperluan Layla.

"Minji mana handuknya?!" Dia berteriak lagi.

Penuh rasa kesal Minji mengambil handuk baru dari dalam lemari kemudian menghampiri Jake. Hati-hati dia memberikannya agar tidak melakukan kesalahan.

Jake merampasnya langsung, membalut ke atas punggung Layla. Minji memekik saat anjing berbulu lebat itu bergerak brutal mengeringkan bulunya. Alhasil air sedikit mengenai Minji.

Jake tertawa, dia membawa Layla keluar kamar mandi menuju sofa lalu mengeringkan bulu Layla menggunakan hair dryer.

"Buru ambil parfumnya di lemari sana!" titah Jake menunjuk lemari sisi kanan, tepatnya pada kamar Layla yang dibiarkan khusus bersebelahan dengan kamar Jake yang luas.

Tanpa bantahan Minji mengambilnya, dia berdesis kala membuka lemari mendapati banyak barang mahal selain parfum. Sebelum Jake berteriak lagi dia bergegas memberikan parfum sesuai perintahnya.

Cowok itu menyemprotkan parfum beraroma cloves ke sekitar Layla. Harum yang benar-benar harum memasuki indra penciuman Minji.

Lihat saja, kehidupan seekor anjing lebih baik dari kehidupannya. Namun bila diberikan pilihan, Minji tidak sudi menjadi peliharaan Jake, lebih baik selamanya dia hidup sebagai pemulung atau paling tidak hidup seperti sekarang, asal tidak ada Jake.

Senyum Jake mengembang tatkala mengusap kepala Layla, dia juga berbicara pada anjing itu yang tidak terlalu Minji pedulikan.

Merasa tidak ada gunanya lagi di sana, Minji bergegas pergi. Baru beberapa langkah, Jake menginterupsi. "Jangan kemana-mana, jagain Layla!"

"Jagain?"

"Gue mau buat cokelatnya. Lo di sini temenin dia."

"Saya temenin...?" Sorot Minji menyatakan keberatan. "Saya aja yang buat cokelatnya," sanggahnya cepat.

"Gak ada yang ngejamin lo gak bakal masukin racun ke dalam. Lo pikir Layla anjing murahan? Dia lebih mahal dari harga hidup lo. Udah lo jagain di sini, gue balik lima belas menit lagi." Dia berlalu dari hadapan pintu, menyisakan Minji berdiri kikuk di sebelah Layla. Anjing bertubuh bongsor itu terus menatap Minji sambil menjulurkan lidahnya.

Sambil meringis Minji menjauhkan diri, sabar menunggu kedatangan Jake yang begitu lama.

Hingga yang ditunggu muncul juga, cowok itu masuk ke dalam kamar sembari menenteng nampan berisi semangkuk cokelat penuh.

Dealova✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang