¹⁵. limabelas

4.2K 1K 139
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻


~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~



Pepatah mengatakan kebaikan harus dibalas kebaikan. Atau bila ada yang menampar pipi kirimu, maka berikan juga pipi kananmu. Sebab pembalasan itu diatur oleh sang maha kuasa. Orang lain mungkin bisa melakukannya, tapi tidak untuk Minji. Gadis itu sudah berusaha keras memaklumi setiap perbuatan Jake. Tapi yang tadi itu ... sudah sangat kelewatan.

Bersikeras dia melupakan kejadian itu, ujungnya selalu bersarang dalam benaknya yang akhirnya ingin sekali menghancurkan Jake berkeping-keping. Soal cowok, dia sangat membenci spesies cowok. Bukannya dia tidak normal, tapi dia benar-benar membencinya. Lelaki pertama yang berhasil menimbulkan kebencian dalam hatinya sampai tidak dapat disembuhkan adalah Papanya sendiri. Kemudian berlanjut ke beberapa orang yang sangat kurang ajar padanya. Mengingat dia baru saja berkontak fisik dengan cowok bahkan dengan jarak yang amat dekat membuatnya jijik dengan dirinya sendiri. Demi apapun, Minji sangat membenci mereka!

Sejak tadi Minji tak henti mengepalkan buku-buku jari. Dia tidak menangis, tapi hatinya terus menjerit dan mengeluarkan air mata. Dia mulai merasa lemah dan ingin menyerah. Tapi dia sadar tidak boleh gentar hanya karena masalah sepele. Hanya karena satu perbuatan cowok menyebalkan yang hanya anak dari majikannya. Dia harus tabah dan berpikiran lebih terbuka dalam menghadapi masalah itu.

Aktivitas mencuci piringnya terhenti mendengar derap kaki dari lantai atas. Berusaha berani, Minji melanjutkan menggosok piring kotor menggunakan spons berbusa.

"Ternyata lo beruntung, kunjungan ke panti asuhan batal!" Perkataan tersebut tidak membuat Minji tampak peduli. Jake memicingkan mata, melirik Minji lalu membuka kulkas mengambil jus kotak kemudian menuangkannya ke gelas. "Lo denger, gak?!"

"Iya, dengar." Tidak ingin mencari perkara akhirnya Minji menjawab. Dia memutuskan untuk lebih sabar seperti sebelumnya daripada Jake yang kekanak-kanakan itu bertindak lebih kurang ajar lagi.

Jake semakin memicingkan matanya. Dia menarik kursi dari meja makan lalu meletakkan di sebelah Minji kemudian duduk di sana. "Lo seneng, kan?"

"Iya," jawab Minji asal, tidak terlalu mendengar apa yang Jake bilang.

Jake menyipitkan kedua matanya sambil menyilangkan tangan di depan dada. Sedetik kemudian dia mengulum senyum. "Kemarin lo bilang tamatan SD, kan?"

"Hum."

"Tamatan SD seenggaknya tahu perkalian, pembagian, atau pengurangan. Kenapa lo bodoh banget nggak tahu apa-apa?"

"Yang bilang saya gak tahu perkalian atau pembagian siapa?" Gantian, Minji yang memicingkan mata. "Saya gak pernah bilang. Kalau soal itu saya juga tahu."

"Oh, bagus. Artinya lo bisa lanjut sekolah."

Ucapan Jake barusan membuat alis Minji berkerut dalam.

Mendapat respons yang diinginkan, Jake tersenyum puas.

"Maksud anda?"

"Lo bakal gue masukin ke sekolah gue."

Sorot Minji benar-benar terkejut, spons di lengannya sampai terjatuh, tenggorokannya juga tercekat.

Respons tersebut membuat Jake senang, menimbulkan sebuah niat untuk mengolok-olok Minji lebih dalam. "Lo bakal jadi babu yang ngikutin gue kemana pun. Di rumah, atau di sekolah."

"Jangan bercanda, anda pikir lelucon anda ini lucu?"

"Gue gak bercanda, buktinya gue udah bilang ke Mama." Dia menunjukkan layar ponselnya ke depan wajah Minji, terdapat roomchatnya bersama Nyonya Shim.

Dealova✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang