Sudah hampir seminggu Minji bekerja di rumah keluarga Shim, dia merasa nyaman dan tentram. Tapi ada satu hal yang membuat kedamaian dalam hatinya terganggu.
"MINJII!! BURUAN AMBIL CAMILAN GUE!"
Shim Jake.
Anak dari majikannya itu selalu saja mengusik ketentramannya. Bahkan kerap memprovokasi pekerjaannya kepada Tuan dan Nyonya Shim. Rasa nyaman yang semula Minji rasakan terpaksa direnggut hanya karena cowok itu.
"MINJIIIII! BURUAN GUE BILAAANG!"
"Iya, Tuan." Tergesa-gesa dia berlari menaiki tangga. Jarak kamar cowok itu dengan dapur bisa dikatakan jauh, Minji begitu lelah bila disuruh bolak-balik mengambil sesuatu. "Ini, Tuan." Dia menyerahkan beberapa bungkus snack yang dia bawa dengan cara dipeluk.
"Ck, lo bodoh atau gimana?! Masaan bawa snack lo gendeng begitu, kalau tercemar bau badan lo gimana?!"
"Tapi saya nggak bau, Tuan. Saya baru mandi. Terus ini saya pegang cuma bungkusnya, snacknya di dalem masih baik-baik aja."
"Udah terkontaminasi bau badan lo masih lo bilang baik-baik aja?!"
Minji meringis sambil tetap merunduk, menerima bentakan demi bentakan yang terus menyentaknya.
"Terus, ini bukan camilan yang gue suka! Otak lo terbuat dari apa, sih?! Dikit-dikit salah, dikit-dikit lelet, dikit-dikit lemot! Gunanya lo sebagai pembantu apa?!"
"Maaf, Tuan. Tadi saya lagi masak, tapi Tuan tiba-tiba panggil, jadinya—"
"HAH NGEJAWAB LO!"
Minji merunduk dalam-dalam. Dalam hati ingin sekali menendang cowok itu sampai ke luar angkasa.
"Pokoknya gue gak mau tau, lo beli semua camilan yang gue suka di supermarket!"
"Loh? Tapi di pantri masih banyak camilan lain, Tu—"
"NGEJAWAB!"
"Tapi saya punya pekerjaan la—"
"NGEJAWAB LAGI!"
"Tap—"
"LAGI!"
Tangan Minji terkepal, sungguh sabar menghadapi anak majikannya ini. Jika saja dia bukan pembantu di rumah itu, sudah dipastikan akan menggetok kepala cowok itu berulang kali. Lagipula, dari mana Minji tahu snack yang disukainya?!
"Buruan laksanain perintah gue!" Jake kembali menyandarkan kepalanya ke sandaran kasur, memainkan video game, wajahnya yang super menyebalkan itu sanggup membuat Minji menyumpah-serapahinya dalam hati. "Nunggu apa lagi?! Se.ka.rang!"
Dengan kalang kabut Minji keluar dari kamar, berlari menuruni tangga untuk melaksanakan perintah anak majikannya itu.
°°°
"MINJIII!"
Minji sudah seperti artis papan atas yang sedang tampil di panggung besar, namanya berulang kali diteriakkan, entah itu tadi, sekarang, atau nanti.
"MINJIIIIIIIII!"
"Iya, Tuan." Gadis berkuncir satu itu duduk bersimpuh di hadapan Jake yang sedang berenang.
"Ambilin handuk gue!"
Dengan cepat dia meraih salah satu handuk yang tersedia di pondok kolam renang. Lalu menyodorkan kepada cowok itu yang masih berenang di dalam kolam renang.
"Lo gak liat gue lagi ngapain? Tunggu di situ!"
Hasrat Minji untuk mencekik Jake begitu besar. Jika cowok itu masih berenang, harusnya dia tidak memanggil Minji sekarang, apa dia pikir pekerjaan Minji cuma mengurusinya saja?!
Cowok berkulit putih itu masih berenang di kolam yang berkedalaman 2 meter. Hampir lima menit, dia menepi ke pinggir.
"Mana handuknya?"
Niatnya ingin langsung melempar handuk itu ke wajahnya, tapi Minji teringat dia hanya seorang maid. Alhasil dia memberikan dengan perlahan dan hati-hati agar tidak melakukan kesalahan lagi.
"Sekarang buatin gue teh!"
"Tapi Tuan, saya lagi ngebersihin gudang—"
"Masih bisa ngejawab lo?!"
"Tuan bisa suruh pembantu lain, saya lagi sibuk, 2 hari gudangnya belum dibersihin. Tuan selalu panggil saya, pekerjaan saya jadi tertunda. Pembantu lain sering kosong, tapi kenapa cuma saya yang—"
"Gue nyuruh lo! Denger, nggak?!"
"Tuan—"
"Lo kerja di rumah siapa? Gue kan! Ya udah turuti perintah gue! Jangan ngebantah!"
Tangan Minji terkepal erat. Masih mending disuruh satu kali, ini berjuta-juta kali. Jika sudah selesai, cowok itu akan menyuruhnya lagi. Selesai, suruh. Selesai, suruh lagi. Jika terus-menerus begitu Minji tidak akan pernah bisa menyelesaikan pekerjaannya yang selalu tertunda.
"Baik, Tuan." Dengan emosi yang tertahan gadis itu melangkah menuju dapur, segera menyeduh teh kesukaan anak majikannya itu.
Butuh dua menit dia kembali dan menyerahkannya kepada Jake.
"Sekarang gue mau, lo ganti air kolam itu pake air yang baru!" tukasnya menunjuk kolam renang.
Minji menahan napas. "Tuan, itu bukan pekerjaan saya."
"NGEJAWAB LAGI!"
Rahang Minji mengeras, benar-benar emosi menghadapi cowok di hadapannya yang sekarang menyesap teh dengan santai. Tangannya terkepal erat, sangat ingin mencekik Jake sampai tewas.
"Pokoknya gue mau, dua jam lagi airnya harus udah lo ganti! Kalau enggak, siap-siap dipecat!" Dia beranjak meninggalkan Minji yang sudah meledak-ledak di tempat.
Jika bukan karena adiknya yang sedang sakit, Minji pasti sudah resign dari pekerjaan itu.
°°°
Jangan lupa vote dan dukungannya 🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Dealova✓
FanfictionShim Jake, cowok jenius yang paling perfeksionis dalam segala hal. Cerdas, tampan, dan keras kepala. Sifat angkuh dan kenakalannya menjadi nilai minus dari dirinya. Kim Minji, gadis berusia 17 tahun yang menjadi pembantu di rumah keluarga Shim. Dia...